Suara Online
  • Beranda
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Teknologi
Subscribe
Suara OnlineSuara Online
Aa
Search
  • Pages
    • Home
    • Blog Index
    • Contact Us
    • Search Page
    • 404 Page
  • Categories
  • Personalized
    • My Saves
    • My Feed
    • My Interests
    • History
Follow US
3 Alasan Slogan "Banyak Anak Banyak Rezeki" Tidak Lagi Relevan 

Beranda – banyak anak banyak rezeki – 3 Alasan Slogan “Banyak Anak Banyak Rezeki” Tidak Lagi Relevan 

ArtikelGaya Hidup

3 Alasan Slogan “Banyak Anak Banyak Rezeki” Tidak Lagi Relevan 

Annisa Adelina
Annisa Adelina
Share
SHARE

Suaraonline.com ‐ Pernah dengar slogan “banyak anak banyak rezeki”, ternyata slogan ini merupakan produk peninggalan Belanda loh… yang memiliki maksud terselubung. Slogan “banyak anak banyak rezeki” digemborkan untuk membangkitkan sumber daya manusia di Indonesia agar banyak dan murah. 

Contents
Sejarah Slogan Banyak Anak Banyak RejekiAlasan Slogan “Banyak Anak Banyak Rezeki” Tidak Lagi Relevan 1. Biaya Hidup Tinggi2. Persaingan Sumber Daya Manusia yang Ketat3. Over Populasi

Sejarah Slogan Banyak Anak Banyak Rejeki

Setelah menghadapi perang Diponegoro pada tahun 1830,  Belanda menanggung utang sebesar 32 juta gulden. Utang ini yang membuat Belanda  harus memutar otak untuk melunasinya. Van Den Bosch yang merupakan Gubernur Hindia kala itu, memberikan usulan untuk memberlakukan sistem tanam paksa.  

Sistem tanam paksa, memaksa rakyat Indonesia untuk menanam teh dan kopi yang harus dijual ke Belanda dengan harga murah. Tidak hanya itu, Belanda juga memberikan kebijakan berupa para petani di Indonesia diberi tanah dan menarik pajak atas tanah tersebut. 

Tanah yang luas membutuhkan pajak yang juga besar. Pajak tanah yang begitu besar, memaksa petani pada akhirnya terpaksa  membayarnya melalui tanam paksa teh dan kopi. 

Namun, tidak semua lahan besar itu dapat dibajak karena kekurangan tenang, maka keluarga yang memiliki banyak anak, dianggap sebagai solusi untuk bisa membajak tanah yang luas dengan hasil yang berlimpah. Maka slogan “banyak anak banyak rezeki” makin populer dikalangan masyarakat kala itu. 

Alasan Slogan “Banyak Anak Banyak Rezeki” Tidak Lagi Relevan 

Slogan merupakan kalimat yang dibuat untuk dapat mempengaruhi orang sehingga mempengaruhi perilaku seseorang untuk mengambil sikap. Umumnya slogan dibuat dengan kata singkat agar mudah diingat.

Slogan “banyak anak banyak rezeki” hanya terdiri dari empat kata, namun berhasil melekat di benak masyarakat dan sampai saat ini masih sering dijadikan “landasan” bagi orang yang ingin memiliki anak banyak. Namun, slogan ini sama sekali tidak relevan untuk kondisi masyarakat Indonesia sekarang. Berikut beberapa alasan mengapa slogan ini tak lagi relevan untuk masyarakat modern sekarang.

1. Biaya Hidup Tinggi

Indonesia merupakan negara yang biaya hidupnya cukup tinggi terutama di daerah perkotaan. Saat anak lahir, maka orang tua tidak hanya bertugas memberi mereka makan, tapi juga harus memastikan semua kebutuhannya terpenuhi.

 Kebutuhan dasar yang tiap tahunnya terus naik, dimulai dari susu anak, popok, pendidikan dan lainnya harus dipersiapkan dengan matang. Jika finansialmu terbatas dan hanya mampu menghidupkan satu anak, maka jangan mencoba peruntungan karena slogan ini.

Anak-anak yang banyak kita lihat berkeliaran di jalan, mengamen atau mengemis merupakan bukti nyata bahwa orang tua yang tidak siap secara finansial hanyalah membawa derita pada anak. 

2. Persaingan Sumber Daya Manusia yang Ketat

Di zaman slogan itu sangat populer, saat itu masyarakat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, lahan yang luas sehingga membuat semua orang tak perlu bersaing ketat untuk bisa melanjutkan hidup, menghasilkan uang dan memiliki keluarga. 

Namun, di zaman modern ini, persaingan sumber daya manusia begitu ketat, untuk bisa bertahan hidup dan mendapatkan pekerjaan, seseorang dituntut untuk memiliki banyak skill. Sehingga, dalam hal ini orang tua haruslah menyiapkan anaknya secara matang dan memastikan semua kebutuhan dasar anak terpenuhi, seperti pendidikan dan fasilitas pendukung lainnya. 

3. Over Populasi

Sebuah negara yang memiliki terlalu banyak populasi manusia akan mudah sekali terkena over populasi. Akibatnya, lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia yang ada.

Selain itu, sumber daya alam meliputi  ketersediaan makanan, air bersih, dan tempat tinggal juga bisa menjadi sangat terbatas. Over populasi juga dapat menyebabkan kemacetan, polusi meningkat, serta kualitas hidup masyarakat yang menurun. 

Jika tidak ditangani dengan baik, maka ini akan menjadi bom waktu. Negara bisa kesulitan memenuhi kebutuhan warganya, hingga dapat meningkatkan krimilitas dan kejahatan di negara tersebut. 

Jadi itulah sejarah dan alasan mengapa slogan “Banyak anak banyak rezeki” tak lagi relevan di masa sekarang. Gimana, kamu setuju atau gak nih?

Baca Juga: 10 Urutan Nonton The Conjuring Universe: Berdasarkan Alur Cerita, Agar Tidak Bingung!

TAGGED: banyak anak banyak rezeki, propoganda Belanda, slogan
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified Blog

Seedbacklink

Rumah Anak Surga

Hotel Karantina Qur’an

Rental Motor Semarang

You Might Also Like

Tidak Banyak Omong: Begini Cara Introvert Menyampaikan Rasa Sukanya
ArtikelGaya Hidup

Tidak Banyak Omong: Begini Cara Introvert Menyampaikan Rasa Sukanya

3 Min Read
Mengenal Mixed Feeling yang Sering Terjadi pada Seseorang dan 5 Cara Mengatasinya!
ArtikelEfyepe

Mengenal Mixed Feeling yang Sering Terjadi pada Seseorang dan 5 Cara Mengatasinya!

4 Min Read
Sering Nangis Diam-diam? 3 Bahaya Memendam Kesedihan Bagi Kesehatan Mental
ArtikelKesehatan

Sering Nangis Diam-diam? 3 Bahaya Memendam Kesedihan Bagi Kesehatan Mental

3 Min Read
Fenomena Gamophobia: Ketakutan Menjalin Hubungan Pernikahan dan 5 Penyebabnya!
Artikel

Fenomena Gamophobia: Ketakutan Menjalin Hubungan Pernikahan dan 5 Penyebabnya!

4 Min Read
Suara Online

Suaraonline.com : The voice of netizen

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Privacy Police
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?