Suaraonline.com – Di tengah riuhnya grup chat dan ramainya lini masa, menjadi silent reader sering dianggap sebagai sikap pasif atau cuek.
Padahal, ada kalanya seseorang berubah menjadi silent reader karena kelelahan sosial yang menumpuk tanpa disadari. Fenomena ini makin sering terjadi di era digital, ketika interaksi terasa terus-menerus tanpa jeda.
Silent Reader Karena Kelelahan Sosial
Salah satu tanda paling jelas adalah ketika kamu mulai menghindari percakapan, bukan karena tidak tertarik, tetapi karena merasa mentalmu sudah terlalu penuh.
Kamu membaca semua pesan, memahami apa yang sedang terjadi, tetapi tidak punya energi untuk ikut merespon.
Dalam kondisi ini, menjadi silent reader sebenarnya adalah bentuk pertahanan diri agar tidak semakin kewalahan.
Tanda lainnya terlihat saat kamu sering mengetik pesan panjang, lalu menghapusnya sebelum dikirim.
Ini biasanya terjadi ketika kamu takut salah paham, takut memicu percakapan lebih panjang, atau merasa tidak punya kapasitas untuk berinteraksi lebih jauh. Diam menjadi pilihan yang terasa lebih aman.
Selain itu, kamu juga mulai merasa terganggu ketika notifikasi muncul terus-menerus.
Bukan karena orang-orangnya menyebalkan, tetapi karena otakmu sedang butuh ruang untuk istirahat. Menjadi silent reader membuatmu tetap terhubung tanpa harus memaksakan diri untuk aktif.
Fenomena silent reader yang muncul akibat kelelahan sosial bukan berarti kamu berubah atau semakin menjauh.
Terkadang, diam adalah tanda bahwa kamu sedang mengisi ulang tenaga dan memberi ruang untuk diri sendiri agar tetap waras di tengah tuntutan sosial yang tak ada habisnya. Jadi, itulah beberapa tanda mengapa kamu menjadi pembaca tanpa bersuara karena kelelahan mental.
Baca Juga: Tips Sederhana Menghadapi Di-Ghosting
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




