Suara Online – Belakangan ini kata healing jadi istilah yang sangat populer, terutama di media sosial. Setiap orang yang merasa lelah, stres, atau jenuh biasanya langsung berkata, “Aku butuh healing,” lalu pergi liburan, nongkrong, atau menghindari aktivitas tertentu.
Tapi sebenarnya, apakah semua yang disebut healing benar-benar membantu? Atau jangan-jangan itu hanya bentuk halus dari kabur dari masalah?
Untuk memahami perbedaannya, kita perlu melihat esensi dari healing itu sendiri dan bagaimana perilaku kita menghadapi tekanan hidup.
1. Healing Itu Memulihkan, Bukan Melupakan
Healing adalah proses memulihkan diri baik secara mental, emosional, maupun fisik. Intinya, healing membantu kita kembali stabil, lebih kuat, dan lebih siap menghadapi kenyataan.
Healing bukan tentang menghapus masalah, tetapi membuat diri kita lebih kuat untuk menghadapinya.
Sedangkan kabur dari masalah justru membuat kita menunda kenyataan. Kita seolah “menghilang” sejenak agar tidak perlu memikirkan apa yang sedang terjadi. Namun saat kembali, masalah tersebut masih ada, bahkan bisa lebih besar.
Healing fokus pada pemulihan, kabur fokus pada pelarian.
2. Healing Membantu Kita Lebih Jelas Melihat Situasi
Ketika kita healing dengan benar, kita memberi ruang pada diri sendiri untuk bernapas dan mengurai apa yang sedang kita rasakan.
Misalnya dengan journaling, beristirahat cukup, meditasi, ngobrol dengan orang yang kita percaya, atau mengambil waktu untuk refleksi.
Setelah itu, pikiran jadi lebih jernih, dan kita mulai paham langkah apa yang harus diambil.
Namun kalau kabur dari masalah, kita biasanya tidak ingin memikirkan apa pun. Kita “mematikan” pikiran, menolak, atau mengalihkan diri ke hal-hal yang sebenarnya tidak menyelesaikan apa-apa.
Bedanya jelas: healing membuat kita sadar, kabur membuat kita menghindar.
3. Healing Terencana, Kabur Bersifat Impulsif
Bentuk healing yang sehat biasanya dilakukan dengan sadar dan mempertimbangkan kebutuhan diri.
Kita tahu kapan harus berhenti, kapan harus istirahat, dan kapan harus kembali beraktivitas.
Sementara itu, kabur dari masalah dilakukan secara impulsif. Saat emosi memuncak, kita langsung ingin lari: jalan-jalan dadakan, menghindari orang, mematikan ponsel, atau berhenti dari pekerjaan tanpa memikirkan konsekuensinya.
Healing memberikan arah, pelarian hanya memberikan jeda tanpa solusi.
4. Healing Menghasilkan Perubahan, Pelarian Menghasilkan Siklus
Orang yang benar-benar healing akan merasakan perubahan perlahan. Mereka jadi lebih kuat secara mental, lebih dewasa menghadapi konflik, dan lebih tenang menjalani hidup. Healing membantu kita tumbuh dan mengenali diri.
Sebaliknya, orang yang kabur dari masalah akan terus mengulang pola yang sama. Saat ada masalah baru, mereka kembali lari. Tidak ada perubahan, hanya putaran yang melelahkan.
Ini seperti menutup mata ketika hujan deras datang kita berharap berhenti, tapi tetap basah karena tidak mencari tempat berteduh yang benar.
5. Jadi, Kamu Sedang Healing atau Kabur?
Cara paling mudah membedakannya adalah dengan bertanya pada diri sendiri:
- Apakah aku melakukan ini untuk memulihkan diri atau hanya untuk tidak memikirkan masalah?
- Setelah ini, apakah aku lebih siap menghadapi kenyataan atau justru makin takut?
- Apakah ada perubahan dalam cara aku berpikir?
- Apakah aku melakukan ini dengan sadar atau hanya menghindar?
Kalau jawabanmu lebih banyak mengarah pada pelarian, berarti yang kamu lakukan bukan healing itu hanya jeda sementara sebelum masalah kembali menumpuk.
Healing adalah proses yang sehat, penting, dan perlu. Tapi healing bukan sekadar liburan, nongkrong, atau menghilang dari dunia.
Healing yang benar membuat kita lebih kuat, lebih sadar, dan lebih siap menghadapi hidup.
Sementara kabur dari masalah hanya membuat kita terjebak dalam siklus yang sama tanpa perkembangan.
Jadi, sebelum berkata “Aku butuh healing,” pastikan kamu benar-benar sedang memulihkan diri, bukan sekadar menghindari realitas.
Baca juga : Bagaimana Mengenali Diri Saat Sudah Burnout: Tanda-Tanda yang Sering Diabaikan




