Suaraonline.com – Fenomena negara minim obesitas selalu menarik dibahas, apalagi ketika warganya dikenal banyak makan tetapi tetap bertubuh ramping. Kondisi ini sering bikin penasaran apakah karena pola makan, kebiasaan hidup, atau faktor genetik?
Faktanya, beberapa negara di dunia memang memiliki penduduk dengan metabolisme yang lebih cepat, aktivitas fisik tinggi, serta lingkungan yang mendukung tubuh tetap ideal. Inilah mengapa ada negara minim obesita yang menjadi sorotan dunia.
Negara Minim Obesitas Di Dunia
Salah satu contoh negara minim obesitas adalah Tibet. Warga Tibet hidup di dataran tinggi dengan suhu yang sangat dingin sehingga tubuh mereka bekerja lebih keras untuk menghangatkan diri.
Metabolisme tinggi ini membuat mereka tetap kurus meski konsumsi makanan mereka cukup tinggi. Selain itu, aktivitas fisik harian yang berat berjalan kaki jauh dan hidup di wilayah pegunungan membuat tubuh mereka terus “bekerja”.
Lalu ada Negara Kenya, yang menjadi salah satu negara minim obesita karena gaya hidup masyarakatnya yang sangat aktif.
Banyak penduduk Kenya terbiasa berjalan jauh setiap hari, bekerja di luar ruangan, dan menjalani pola hidup yang tidak sedentary.
Makanan pokok mereka pun cenderung alami dan minim olahan, sehingga tubuh lebih mudah membakarnya. Kombinasi aktivitas intens dan pola makan tradisional membuat mereka tetap ramping.
Di negara Kanada Utara dan Alaska, masyarakat Inuit , di wilayah Kutub juga dikenal sebagai kelompok dengan tingkat obesitas rendah. Meski konsumsi makanan mereka tinggi kalori, seperti daging laut dan lemak hewan, mereka tetap kurus karena suhu ekstrem membuat tubuh harus membakar energi lebih banyak.
Faktor genetik pun berperan secara alami beradaptasi untuk memproses lemak dengan efisien.
Kesimpulannya, negara minim obesita seperti Tibet, Kenya, dan masyarakat Inuit membuktikan bahwa genetik, lingkungan ekstrem, dan aktivitas harian jauh lebih berpengaruh daripada sekadar jumlah makanan yang dikonsumsi.
Baca Juga:




