Suaraonline.com – Dalam proses kreatif, wajar jika penulis novel merasa dekat dengan karakter fiksi yang mereka ciptakan. Tokoh-tokoh ini lahir dari imajinasi, emosi, dan waktu yang tidak sedikit.
Namun, kedekatan tersebut bisa berubah menjadi masalah ketika penulis novel terlalu menyukai karakter fiksi buatannya hingga kehilangan objektivitas dalam bercerita.
Dampak Negatif Penulis Novel Terlalu Menyukai Karakter Fiksi Buatannya
Salah satu dampak negatif yang sering muncul adalah penulis novel terjebak dalam emosi untuk selalu membuat karakter fiksinya terlihat sempurna.
Tokoh utama selalu selamat, selalu benar, dan hampir tidak pernah benar-benar gagal. Ketika bahaya datang, tiba-tiba saja muncul bantuan yang tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fondasi plot yang telah dibangun sebelumnya.
Masalah ini semakin terlihat ketika perkembangan karakter tidak dijelaskan secara logis.
Misalnya, di awal cerita tokoh A digambarkan tidak mampu melawan tokoh B. Namun, tanpa proses latihan, konflik batin, atau perubahan signifikan, tokoh A mendadak menjadi sangat kuat dan mampu menang.
Penulis yang terlalu menyukai karakternya sering melewatkan penjelasan ini demi “menyelamatkan” tokoh favoritnya.
Akibatnya, karakter menjadi tidak masuk akal dan kehilangan sisi manusiawinya. Pembaca pun mulai merasakan kejanggalan karena konflik terasa dipaksakan dan penyelesaian masalah terlalu mudah.
Alih-alih merasa terhubung, pembaca justru menjauh karena cerita kehilangan ketegangan.
Jadi, itulah beberapa dampak negatif saat penulis novel terlalu menyukai tokoh fiksi buatannya.
Baca Juga: 3 Penyebab Orang Indonesia Tidak Suka Membaca
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




