Suara Online – Imposter syndrome adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya tidak pantas atas pencapaian yang dimiliki. Perasaan ini sering muncul meski bukti kemampuan sudah jelas.
Banyak orang dengan imposter syndrome merasa kesuksesan mereka hanyalah kebetulan. Mereka takut suatu saat akan “terbongkar” sebagai orang yang tidak kompeten.
Imposter syndrome tidak memandang latar belakang. Pelajar, pekerja, bahkan orang berprestasi tinggi pun bisa mengalaminya.
Perasaan ragu yang terus-menerus membuat kepercayaan diri menurun. Akibatnya, potensi diri tidak bisa berkembang secara maksimal.
Salah satu pemicu imposter syndrome adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Padahal, setiap orang memiliki proses yang berbeda.
Ketika terlalu fokus pada kekurangan, pencapaian yang sudah diraih sering kali diabaikan. Hal ini memperkuat pikiran negatif tentang diri sendiri.
Imposter syndrome juga membuat seseorang takut mencoba hal baru. Rasa takut gagal dan dinilai tidak mampu menjadi penghambat utama.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental. Stres, cemas, dan kelelahan emosional bisa muncul tanpa disadari.
Langkah awal mengatasi imposter syndrome adalah menyadari bahwa perasaan ini bukan fakta. Ia hanyalah persepsi yang terbentuk dari pola pikir.
Mencatat pencapaian kecil dapat membantu membangun sudut pandang yang lebih objektif. Dari sana, rasa percaya diri perlahan tumbuh.
Berbicara dengan orang terpercaya juga membantu meredakan imposter syndrome. Dukungan dan sudut pandang luar sering kali membuka mata.
Menerima bahwa tidak ada manusia yang sempurna adalah kunci penting. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan bukti ketidakmampuan.
Imposter syndrome bisa dikurangi dengan fokus pada progres, bukan validasi orang lain. Setiap langkah maju patut dihargai.
Ketika kita mulai percaya pada proses diri sendiri, rasa ragu perlahan melemah. Kepercayaan diri pun terbentuk secara alami.
Pada akhirnya, imposter syndrome tidak menghilang dengan instan. Namun, dengan kesadaran dan latihan, kita bisa tetap melangkah meski rasa ragu datang.
Baca Juga : The Power of Small Wins: Mengapa Kemenangan Kecil Penting dalam Proses Hidup
Editor : Salsabila Humairo Azzahro




