Suaraonline.com – Benarkah penulis novel akan jauh lebih produktif jika memiliki ruang sendiri atau ruangan yang tenang? Selama ini, proses menulis sering dikaitkan dengan suasana hening, sepi, dan minim distraksi.
Imajinasi dianggap lebih mudah muncul ketika kondisi sekitar mendukung ketenangan pikiran, seolah ide hanya bisa lahir saat dunia benar-benar diam. Anggapan tersebut membuat banyak orang percaya bahwa untuk menjadi penulis novel yang produktif, seseorang harus memiliki ruang khusus.
Namun, benarkah imajinasi akan selalu bekerja lebih baik saat berada di ruang tenang?
Penulis Novel Butuh Ruang Sendiri?
Pada dasarnya, kebutuhan akan ketenangan sangat berkaitan dengan cara kerja otak. Otak yang fokus akan lebih mudah mengolah ide, menyusun imajinasi, dan merangkai cerita.
Beberapa penulis novel memang mudah terdistraksi oleh suara, gerakan, atau situasi sekitar. Ketika fokus terganggu, ide yang sudah terbentuk perlahan memudar sebelum sempat dituangkan ke dalam tulisan.
Kondisi ini pernah digambarkan secara sederhana dalam animasi SpongeBob, ketika Squidward mencoba melukis. Di kepalanya muncul imajinasi indah seperti pelangi, namun perlahan luntur akibat suara berisik SpongeBob dan Patrick.
Bagi tipe penulis seperti ini, ketenangan menjadi keunggulan karena mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk menulis dan kapan harus berhenti agar tidak memaksakan diri. Namun kekurangannya, produktivitas menjadi sangat bergantung pada situasi. Saat kondisi tidak ideal, menulis pun tertunda.
Di sisi lain, tidak semua penulis novel membutuhkan ketenangan mutlak. Ada penulis yang justru bisa menulis di semua kondisi, ramai maupun sepi.
Ketika sudah tenggelam dalam imajinasi, suara sekitar seolah tidak lagi relevan. Kelebihannya, penulis seperti ini bisa menulis di mana saja tanpa tergantung kondisi tertentu. Namun kekurangannya, fokus yang terlalu larut kadang membuat mereka sulit mengatur waktu dan batas energi mental.
Pada akhirnya, ketenangan bukan syarat mutlak bagi penulis novel. Yang terpenting adalah mengenali cara kerja diri sendiri. Entah menulis dalam sunyi atau di tengah keramaian, produktivitas lahir dari pemahaman terhadap ritme dan kebutuhan pribadi.
Baca Juga : Kapan Kamu Dianggap Penulis Artikel Profesional?
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




