Suaraonline.com – Dalam proses menulis novel, tidak sedikit penulis yang baru menyadari keberadaan plot hole setelah cerita berjalan cukup jauh. Bab ini biasanya terasa janggal, kurang nyambung, atau tidak memberi dampak berarti pada konflik utama.
Meski begitu, bab hole tidak selalu harus langsung dibuang. Dalam beberapa kondisi, bab semacam ini justru masih bisa diselamatkan. Maka, dibutuhkan keputusan yang tepat dalam menjaga alur cerita tetap utuh tanpa mengorbankan emosi dan fokus pembaca.
Bijak dalam Menyikapi Plot Hole
Plot hole masih bisa dipertahankan dan diperbaiki ketika keberadaannya tidak terlalu melenceng dari alur cerita utama. Bab tersebut tidak mengubah arah konflik, tidak membingungkan pembaca, dan tidak membuat pembaca kehilangan feel dari konflik utama
Terlebih lagi jika bab itu berfungsi sebagai jeda ringan sebelum konflik besar berikutnya, perbaikan kecil pada ritme dan relevansi sering kali sudah cukup.
Dalam kondisi seperti ini, penulis hanya perlu menyesuaikan fokus adegan, memperkuat emosi karakter, atau mengaitkan kembali bab tersebut dengan konflik utama. Dengan begitu, bab hole bisa berubah fungsi menjadi transisi yang lebih halus dan bermakna.
Namun, plot hole sebaiknya dibuang ketika keberadaannya justru merusak logika cerita. Misalnya, sebuah novel bertema romance anak sekolah tiba-tiba memiliki bab di mana tokoh utama menemukan mayat tanpa identitas yang jelas.
Jika peristiwa ini hanya dilewati begitu saja tanpa konsekuensi lanjutan, bab tersebut akan menjadi lubang besar dalam cerita. Sebaliknya, jika dijelaskan secara serius, genre novel bisa bergeser menjadi thriller dan mengubah arah cerita secara drastis.
Dalam kasus seperti ini, mempertahankan bab hole justru berisiko merusak konsistensi cerita. Membuangnya menjadi pilihan paling bijak demi menjaga fokus dan identitas novel.
Jadi itulah cara bijak penulis novel dalam menangani bab hole yang sudah terlanjur ditulis. Dengan menyikapinya secara bijak, penulis dapat memastikan setiap bab memiliki fungsi yang jelas dan mendukung perjalanan cerita secara utuh.
Baca Juga: Ketika Penulis Novel Menjadi Terlalu Perfeksionis: Apa Jadinya?
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




