Suaraonline.com – Self reward dan burnout kini menjadi istilah yang semakin sering terdengar, terutama di tengah tuntutan hidup yang serba cepat. Tidak sedikit orang merasa lelah secara fisik dan mental, lalu memilih melakukan pemberian hadiah pada diri sendiri sebagai bentuk pemulihan.
Namun, muncul pertanyaan penting, apakah setelah burnout memang diperlukan, atau justru berpotensi menjadi kebiasaan berlebihan?
Butuhkah Self Reward Setelah Burnout?
Pada dasarnya, self reward boleh kamu lakukan, terlebih jika itu membantumu dalam proses pemulihan dari burnout. Memberi jeda pada diri sendiri adalah bentuk pengakuan bahwa tubuh dan pikiran punya batas.
Dalam konteks ini, malah bisa menjadi cara kamu untuk menenangkan diri, mengembalikan semangat, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri.
Namun, penting untuk diingat bahwa segalanya tidak harus selalu identik dengan belanja besar atau hal-hal mahal. Kebiasaan memberi hadiah pada diri sendiri secara berlebihan malah dapat menimbulkan masalah baru, seperti tekanan finansial atau rasa bersalah setelahnya.
Ketika dilakukan di luar kemampuan dan kebutuhan, tujuan awal untuk pulih dari burnout bisa bergeser menjadi pelarian semata.
Self reward yang sehat harus kamu lakukan semampunya dan sewajarnya. Hal-hal sederhana seperti tidur lebih lama, menikmati minuman favorit, berjalan santai, membaca buku, atau sekadar mematikan ponsel sejenak sudah cukup memberi ruang bernapas bagi diri sendiri.
Pada dasarnya inti dari self reward bukan pada nilainya, melainkan pada rasa bahagia dan tenang yang bisa kamu rasakan.
Dengan demikian, self reward setelah burnout memang perlu, selama dilakukan dengan kesadaran. Bukan untuk memuaskan keinginan sesaat, melainkan sebagai bentuk perawatan diri yang bertanggung jawab.
Ketika dilakukan secara sederhana dan tepat akan membantu kamu kembali seimbang, tanpa harus merasa berlebihan atau kehilangan kendali.
Baca Juga: 3 Kebiasaan Kecil untuk Belajar Mencintai Diri Sendiri
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




