Suara Online, Semarang –Terungkapnya fakta bahwa sopir bus PO Cahaya Trans masih minim pengalaman rute jarak jauh memunculkan pertanyaan besar terhadap sistem pengawasan perusahaan otobus.
Unggahan @beritasemaranghariini menyebutkan sopir baru dua kali menjalani rute Bogor–Yogyakarta sebelum kecelakaan maut terjadi. Kondisi ini menimbulkan sorotan soal penempatan sopir pada jalur berisiko tinggi.
Perusahaan otobus dinilai memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan kesiapan, jam terbang, dan evaluasi kemampuan pengemudi sebelum diberi tanggung jawab membawa puluhan penumpang.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa keselamatan transportasi publik tidak hanya bergantung pada sopir, tetapi juga pada sistem manajemen perusahaan.
Baca Juga : Sopir Bus PO Cahaya Trans Berusia 22 Tahun, Pengalaman Rute Jauh Jadi Sorotan




