Suara Online – Rasa tidak enakan adalah sikap empati yang sebenarnya baik. Namun, jika berlebihan, sikap ini justru dapat merugikan diri sendiri.
Banyak orang terjebak dalam kebiasaan selalu mengalah, sulit menolak, dan memprioritaskan orang lain demi menghindari rasa bersalah.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu stres, kelelahan emosional, bahkan kehilangan jati diri.
Mengatasi rasa tidak enakan yang berlebihan perlu dimulai dengan kesadaran bahwa kebutuhan diri sendiri juga penting.
Bersikap baik kepada orang lain tidak harus mengorbankan batasan pribadi. Ketika terus memaksakan diri demi menyenangkan orang lain, kesehatan mental perlahan akan terganggu.
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah belajar mengatakan “tidak” secara sopan dan tegas.
Menolak bukan berarti egois, melainkan bentuk kejujuran terhadap kemampuan dan kondisi diri.
Menyampaikan penolakan dengan bahasa yang baik justru lebih sehat daripada menerima sesuatu yang akhirnya menimbulkan tekanan batin.
Selain itu, penting untuk memahami bahwa perasaan orang lain bukan sepenuhnya tanggung jawab kita.
Setiap orang memiliki emosi dan respons masing-masing. Dengan mengatasi rasa tidak enakan yang berlebihan, kita belajar membedakan mana empati yang sehat dan mana yang sudah menjadi beban.
Membangun batasan pribadi juga menjadi kunci utama. Batasan membantu kita menjaga energi, waktu, dan emosi agar tidak terus terkuras.
Ketika batasan diterapkan dengan konsisten, orang lain pun akan belajar menghargai keputusan kita.
Pada akhirnya, mengatasi rasa tidak enakan yang berlebihan adalah proses untuk menghargai diri sendiri.
Dengan bersikap lebih tegas dan jujur, hidup menjadi lebih tenang, seimbang, dan penuh kendali tanpa harus kehilangan empati.
Baca Juga : Cara Berbicara dengan Tenang Saat Emosi agar Komunikasi Tetap Sehat dan Tidak Menyakitkan




