Suaraonline.com – Self reward merupakan upaya memberikan kebahagiaan atau rasa senang untuk diri sendiri, dalam porsi yang pas hal ini tentu akan menjadi dampak positif. Namun, ada kondisi tertentu ketika kebiasaan ini justru berubah arah dan menimbulkan dampak yang tidak sehat.
Alih-alih memulihkan, self reward bisa menjadi pelarian yang berbahaya jika tidak disikapi dengan kesadaran penuh.
Dampak Berbahaya Self Reward
Dampak berbahaya self reward yang paling sering terjadi ketika self reward dijadikan tameng untuk membenarkan perilaku negatif, dengan alasan menghargai diri, seseorang merasa sah melakukan apapun meski jelas merugikan dirinya sendiri.
Contoh yang sering terjadi adalah seseorang yang kelelahan bekerja seharian dan tidak sempat bersosial media, lalu pada malam hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam di layar ponsel.
Waktu yang seharusnya digunakan tubuh untuk beristirahat, malah dipaksa untuk terus terjaga. Dalam kondisi ini, self reward tidak lagi memulihkan, tetapi justru memperparah kelelahan fisik dan mental.
Dampak berbahaya self reward juga terlihat ketika kebiasaan ini malah menghadirkan tekanan baru. Membeli barang-barang mewah melalui utang sering kali dianggap sebagai bentuk kompensasi atas kerja keras.
Namun setelah euforia sesaat berlalu, yang tersisa justru beban finansial dan kecemasan baru. Alih-alih mengurangi stres, hal semacam ini justru menambah masalah dalam jangka panjang.
Selain itu, self reward akan membawa dampak berbahaya saat dijadikan alasan untuk bersikap egois. Ada situasi tertentu di mana kepentingan bersama seharusnya lebih diutamakan.
Misalnya, seorang pemimpin memilih beristirahat sebagai bentuk self reward setelah bekerja seharian, padahal ada kondisi darurat yang menuntut kehadirannya. Ada rakyatnya yang membutuhkan bantuan dalam menanggulangi banjir. Dalam konteks ini, self reward berubah menjadi pembenaran untuk mengabaikan tanggung jawab moral.
Jadi, itukah beberapa dampak berbahaya self reward, jika tidak ditempatkan secara proporsional. Ketika tidak disertai kontrol diri dan empati, self reward bisa berubah dari sarana pemulihan menjadi pelarian yang diam-diam merusak keseimbangan hidup.
Baca Juga: Perhatikan 7 Cara Membangun Personal Branding Ini Supaya Kamu Ga Kaku!
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




