Suara Online – Menjadi pribadi yang selalu kuat sering kali dianggap sebagai sebuah kelebihan. Kita terbiasa menahan emosi, menyembunyikan lelah, dan tetap tersenyum meski hati sedang tidak baik-baik saja.
Sayangnya, kebiasaan ini justru bisa menjadi beban yang pelan-pelan menguras kesehatan mental.
Lelah menjadi pribadi yang selalu kuat biasanya muncul karena tuntutan lingkungan. Ada ekspektasi untuk selalu bisa diandalkan, tidak mengeluh, dan mampu menghadapi semua masalah sendiri.
Dalam jangka panjang, hal ini membuat seseorang kehilangan ruang aman untuk mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
Memendam emosi terus-menerus dapat memicu kelelahan emosional. Tubuh mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi pikiran terasa penuh dan sulit tenang.
Tidak jarang, kondisi ini membuat seseorang merasa hampa, mudah tersinggung, atau kehilangan motivasi menjalani hari.
Penting untuk memahami bahwa kuat bukan berarti tidak pernah lemah. Mengakui rasa lelah bukan tanda kegagalan, melainkan bentuk kejujuran pada diri sendiri.
Setiap orang berhak beristirahat, meminta bantuan, dan mengatakan bahwa dirinya sedang tidak sanggup.
Belajar menetapkan batasan juga menjadi langkah penting. Kita tidak harus selalu tersedia untuk semua orang atau menyelesaikan semua masalah sendirian.
Dengan menjaga batas yang sehat, energi emosional dapat digunakan secara lebih bijak.
Baca Juga : Redefinisi Makna “Cukup” dalam Kehidupan: Belajar Merasa Puas Tanpa Kehilangan Arah




