Suara Online – Setiap orang pasti pernah berada di fase hidup yang terasa stagnan. Target belum tercapai, rencana tidak berjalan sesuai harapan, dan usaha seolah belum membuahkan hasil.
Di titik inilah banyak orang mulai kecewa pada dirinya sendiri. Padahal, berdamai dengan versi diri yang belum berhasil justru menjadi langkah penting untuk tetap bertumbuh secara sehat.
Berdamai bukan berarti menyerah atau berhenti berusaha. Sebaliknya, ini adalah proses menerima bahwa kegagalan dan keterlambatan adalah bagian dari perjalanan hidup.
Tidak semua pencapaian harus diraih dalam waktu yang sama oleh setiap orang. Setiap individu memiliki ritme dan jalannya masing-masing.
Sering kali, tekanan datang dari perbandingan dengan orang lain. Media sosial memperlihatkan pencapaian demi pencapaian, seolah semua orang lebih dulu berhasil.
Jika tidak disikapi dengan bijak, hal ini dapat memperparah rasa tidak cukup dan menyulitkan seseorang untuk berdamai dengan kondisinya saat ini.
Menerima versi diri yang belum berhasil berarti mengakui usaha yang sudah dilakukan, sekecil apa pun itu.
Proses belajar, jatuh, dan bangkit adalah fondasi penting yang sering tidak terlihat. Dengan sudut pandang ini, kegagalan tidak lagi menjadi akhir, melainkan bahan evaluasi diri untuk melangkah lebih baik.
Ketika seseorang mampu berdamai dengan dirinya sendiri, energi mental tidak lagi habis untuk menyalahkan keadaan.
Fokus pun bergeser ke langkah kecil yang realistis dan berkelanjutan. Dari sinilah pertumbuhan yang lebih matang dapat dimulai.
Berdamai dengan versi diri yang belum berhasil adalah bentuk kedewasaan emosional.
Bukan tentang cepat atau lambatnya sukses, melainkan tentang tetap melangkah tanpa kehilangan rasa percaya pada diri sendiri.
Baca Juga : Menjadi Dewasa Tanpa Kehilangan Jati Diri: Cara Bertumbuh tanpa Mengkhianati Diri Sendiri




