Suara Online – Banyak orang merasa tertinggal ketika melihat pencapaian orang lain yang tampak lebih cepat dan lebih mapan.
Di usia yang sama, sebagian sudah memiliki karier stabil, menikah, atau hidup terlihat “berhasil”.
Dari situlah muncul perasaan gagal dan anggapan bahwa diri sendiri terlambat. Padahal, tidak semua proses hidup berjalan dengan ritme yang sama.
Perasaan tertinggal sering kali muncul karena kebiasaan membandingkan hidup dengan standar sosial.
Media sosial memperparah hal ini dengan menampilkan potongan keberhasilan tanpa menunjukkan proses di baliknya.
Akibatnya, kita lupa bahwa setiap orang memiliki latar belakang, tantangan, dan waktu belajar yang berbeda.
Sebenarnya, fase hidup yang terasa lambat bisa jadi adalah masa bertumbuh yang penting. Di fase inilah seseorang belajar mengenali diri, memperbaiki pola pikir, dan membangun fondasi mental yang lebih kuat.
Proses ini mungkin tidak terlihat dari luar, tetapi dampaknya sangat besar untuk jangka panjang.
Menganggap diri terlambat hanya akan membuat kita terburu-buru mengambil keputusan. Banyak orang akhirnya memilih jalan hidup bukan karena siap, melainkan karena takut tertinggal. Padahal, keputusan yang diambil tanpa kesiapan sering berujung pada penyesalan.
Memahami bahwa hidup adalah perjalanan panjang membantu kita lebih sabar terhadap proses sendiri.
Fokus pada perkembangan kecil, belajar dari kegagalan, dan terus bergerak sesuai kemampuan adalah bentuk pertumbuhan yang nyata. Tidak apa-apa berjalan pelan selama arahnya jelas.
Pada akhirnya, hidup bukan perlombaan. Setiap orang memiliki garis waktunya masing-masing.
Selama kita terus belajar dan berkembang, kita tidak sedang terlambat. Kita hanya sedang bertumbuh dengan cara kita sendiri.
Baca Juga : Berdamai dengan Versi Diri yang Belum Berhasil agar Tetap Tumbuh Tanpa Menyalahkan Diri




