Suaraonline.com – Salah satu dampak yang kerap muncul di era serba cepat ini adalah mental block, keadaan ketika pikiran seolah buntu dan tidak mampu bekerja secara optimal seperti biasanya.
Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan pekerjaan, tuntutan sosial, dan ekspektasi diri seringkali menumpuk tanpa disadari. Kondisi ini dapat membuat pikiran terasa penuh, lelah, dan sulit bergerak maju.
Tanda- tanda Mengalami Mental Block
Tanda pertama mental block adalah sulit membuat keputusan sederhana. Saat mental block terjadi, otak mengalami kelelahan yang cukup serius.
Akibatnya, hal sepele seperti menentukan menu makan siang atau memilih aktivitas harian terasa berat dan melelahkan. Kondisi ini bukan karena kurangnya kemampuan, melainkan karena energi mental sudah terkuras.
Tanda kedua, kehilangan motivasi hidup. Mental block membuat pikiran terasa macet dan sulit melihat arah yang jelas. Seseorang bisa merasa bingung dengan tujuan hidupnya sendiri, sehingga semangat dan dorongan untuk menjalani hari perlahan menghilang.
Dampaknya, aktivitas yang biasanya terasa bermakna kini terasa hampa dan membebani.
Tanda ketiga, overthinking setiap waktu. Ketika hal ini terjadi, kemampuan berpikir jernih ikut menurun. Pikiran terus berputar pada hal-hal kecil, menimbang berbagai kemungkinan secara berlebihan, dan sulit menemukan titik tenang. Overthinking ini justru memperparah karena otak tidak diberi ruang untuk beristirahat.
Tanda keempat, mudah terdistraksi dan sulit konsentrasi. Mental block membuat fokus menjadi rapuh. Sedikit suara, notifikasi, atau gangguan kecil sudah cukup untuk memecah perhatian. Akibatnya, pekerjaan menjadi lambat selesai dan hasilnya tidak maksimal, yang kemudian memicu rasa frustasi.
Mental block bukan tanda kelemahan, melainkan sinyal bahwa pikiran membutuhkan jeda. Jika kamu mengalami salah satu tanda atau malah semua tanda yang dipaparkan, maka ini waktunya untuk kamu lebih peduli pada kesehatan mentalmu.
Mulailah istirahat yang cukup, pengaturan beban pikiran, dan pengelolaan emosi yang lebih baik, hal semacam ini bisa perlahan diatasi sebelum berdampak lebih jauh pada kualitas hidup. Dan jangan ragu untuk meminta pertolongan pada para ahlinya seperti psikolog atau psikiater.
Baca Juga: Overthinking: Penyebab dan Cara Menghentikannya
Editor: Annisa Adelina Sumadillah.
