SUARAONLINE.COM – Tugu Jogja adalah salah satu ikon terkenal dari Yogyakarta yang sering dikunjungi wisatawan. Namun, sebelum Tugu Jogja berdiri seperti yang kita lihat sekarang, ada tugu asli yang bernama Tugu Golong Gilig. Tugu ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan Kesultanan Yogyakarta dan filosofi kehidupan masyarakat Jawa. Lalu, bagaimana jejak sejarahnya? Yuk, kita simak lebih lanjut!
Sejarah Tugu Golong Gilig
Tugu Golong Gilig didirikan pada tahun 1756 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kesultanan Yogyakarta. Tugu ini awalnya dibangun sebagai simbol persatuan dan semangat perjuangan rakyat Yogyakarta dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam bahasa Jawa, “golong” berarti bulat dan “gilig” berarti silinder, yang menggambarkan kesatuan antara raja dan rakyatnya.
Saat pertama kali didirikan, Tugu ini memiliki bentuk yang sederhana namun penuh makna. Tingginya sekitar 25 meter, dengan bentuk silinder memanjang ke atas dan di bagian puncaknya terdapat bola besar yang melambangkan kesempurnaan dan harmoni antara manusia dan Tuhan.
Selain sebagai penanda kota, Tugu ini memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa. Simbol ini menggambarkan hubungan yang erat antara raja dan rakyatnya, serta mencerminkan prinsip manunggaling kawula gusti, yaitu kesatuan antara manusia dan Tuhan.
Tugu ini juga berperan dalam poros imajiner Yogyakarta, yaitu garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Pantai Parangtritis. Konsep ini mencerminkan keseimbangan alam semesta dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
Kehancuran Tugu Golong Gilig Akibat Gempa
Pada 10 Juni 1867, terjadi gempa besar yang mengguncang Yogyakarta. Gempa tersebut menyebabkan banyak bangunan runtuh, termasuk Tugu Golong Gilig. Kerusakan yang parah membuat tugu ini tidak dapat diperbaiki dalam bentuk aslinya.
Pasca kehancuran, Sultan Hamengkubuwono VII memerintahkan pembangunan ulang tugu dengan desain baru yang lebih modern. Pada tahun 1889, tugu yang kita kenal sekarang, Tugu Jogja, akhirnya berdiri menggantikan Tugu Golong Gilig. Pembangunan Tugu Jogja dengan dipimpin oleh Patih Danurejo V dan merupakan hasil rancangan dari salah satu arsitek belanda yang bernama Van Brussel.
Perbedaan Tugu Golong Gilig dan Tugu Jogja
Meskipun Tugu Jogja saat ini masih menjadi ikon kota, ada beberapa perbedaan signifikan dibandingkan dengan Tugu yang lama:
- Bentuk
Tugu Golong Gilig berbentuk silinder dengan bola di puncaknya, sedangkan Tugu Jogja saat ini berbentuk lebih ramping dengan ornamen khas kolonial Belanda.
- Tinggi
Tugu Golong Gilig memiliki tinggi sekitar 25 meter, sementara Tugu Jogja lebih pendek, sekitar 16 meter.
- Makna Filosofi
Tugu Golong Gilig menekankan kesatuan dan hubungan spiritual, sedangkan Tugu Jogja lebih berfungsi sebagai monumen sejarah kota.
Meskipun Tugu Golong Gilig sudah tidak ada, jejak sejarahnya masih melekat dalam budaya Yogyakarta. Banyak sejarawan dan budayawan yang berharap ada upaya untuk mendokumentasikan lebih lanjut sejarah tugu ini agar tidak hilang ditelan waktu. Beberapa masyarakat dan akademisi bahkan mengusulkan untuk membangun replika Tugu tersebut agar generasi mendatang bisa memahami warisan budaya asli Yogyakarta. Dengan begitu, nilai filosofis dan sejarahnya bisa tetap hidup.
Baca Juga : Sejarah dan Alasan Yogyakarta Disebut Daerah Istimewa