Suara Online
  • Beranda
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Teknologi
Subscribe
Suara OnlineSuara Online
Aa
Search
  • Pages
    • Home
    • Blog Index
    • Contact Us
    • Search Page
    • 404 Page
  • Categories
  • Personalized
    • My Saves
    • My Feed
    • My Interests
    • History
Follow US
Toxic Masculinity, Laki-laki Dituntut Harus Selalu Kuat dan Tidak Boleh Menangis?

Beranda – laki-laki harus kuat – Toxic Masculinity: Laki-laki Dituntut Harus Selalu Kuat dan Tidak Boleh Menangis?

Artikel

Toxic Masculinity: Laki-laki Dituntut Harus Selalu Kuat dan Tidak Boleh Menangis?

Suci Wulandari
Suci Wulandari  - Content Writer Web Development
Share
SHARE

Suaraonline.com – Laki-laki selalu dianggap orang yang kuat, tidak boleh menangis, dan selalu dituntut untuk menutupi kesedihan agar tidak dianggap lemah. Padahal menangis merupakan salah satu bentuk meluapkan emosi yang sebaiknya tidak perlu untuk ditahan.

Contents
Dampak Tuntutan Toxic Masculinity Bagi Laki-laki1. Sulit Meluapkan Emosi Kesedihan2. Sulit Berkata Membutuhkan Bantuan3. Cenderung Menjadi Orang yang TertutupCara Menghadapi Toxic Masculinity1. Cari Support System2. Belajar Hal Baru3. Perdalam Ilmu Agama

Istilah toxic masculinity, hadir sebagai sebuah bentuk istilah yang dikaitkan bahwa laki-laki selalu dituntut untuk menjadi manusia yang kuat dan tahan banting akan segala hal yang dihadapi. Laki-laki harus selalu tegar dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Dampak Tuntutan Toxic Masculinity Bagi Laki-laki

Sejak kecil, laki-laki selalu diajarkan untuk bisa berdiri sendiri, selalu kuat, tidak boleh menangis. Nyatanya, tak jarang banyak laki-laki yang cuma pura-pura kuat padahal dalam hatinya juga menangis, pura-pura tersenyum namun banyak menahan luka yang mendalam.

Toxic masculinity menjadi sebuah permasalahan dan bahkan budaya patriaki yang sudah sangat berkembang di masyarakat. Itulah yang menjadi standar bahwa laki-laki harus terlihat kuat setiap saat. Berikut ini dampak tuntutan toxic masculinity bagi laki-laki:

1. Sulit Meluapkan Emosi Kesedihan

Laki-laki selalu dituntut untuk menyembunyikan perasaannya sendiri sangat sulit untuk meluapkan perasaan emosionalnya seperti rasa kesedihan bahkan sampai menangis. Padahal nyatanya, laki-laki juga bisa marah, bisa sedih, bisa overthinking.

Laki-laki juga bisa merasakan kecewa dan patah hati bukan hanya perempuan. Laki-laki menangis adalah hal yang wajar karena dia juga manusia yang butuh didengarkan bukan tanda orang yang lemah karena laki-laki juga mempunyai perasaan.

2. Sulit Berkata Membutuhkan Bantuan

Laki-laki yang cenderung terkena toxic masculinity biasanya sulit untuk berkata membutuhkan bantuan. Dia selalu dituntut untuk selalu bisa dan kuat dalam menyelesaikan semua permasalahannya sendiri.

Apabila dia kesulitan, dia cenderung untuk memendam semua itu karena dia tidak mau merepotkan siapapun dan juga merasa segan untuk meminta bantuan kepada orang lain. Padahal laki-laki juga manusia dan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

3. Cenderung Menjadi Orang yang Tertutup

Karena tuntutan dari toxic masculinity, laki-laki biasanya cenderung memiliki sikap tertutup. Dia sangat takut untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain karena dianggap tidak gentleman yang mampu menyelesaikan semua permasalahannya sendiri.

Padahal laki-laki juga bisa berantakan dan banyak memendam permasalahannya. Laki-laki cenderung dituntut untuk membahagiakan sehingga tidak cukup untuk memperoleh kebahagiaan dari orang lain bagi dirinya sendiri.

Cara Menghadapi Toxic Masculinity

Berikut ini cara menghadapi toxic masculinity yang bisa diikuti bagi laki-laki:

1. Cari Support System

Laki-laki yang cenderung dalam keadaan terpuruk biasanya membutuhkan support system. Support system tersebut bisa dari keluarga maupun sahabat terdekat atau juga pasangan halal.

Dengan mendapatkan dukungan dan tempat untuk cerita, maka laki-laki akan cenderung bisa bangkit dan percaya diri untuk lebih semangat menjalani hidup.

2. Belajar Hal Baru

Untuk melupakan permasalahan, maka laki-laki bisa mulai fokus mengembangkan diri dengan belajar hal baru dan mencoba menjalankan hobby di sela-sela waktu luang. 

Laki-laki juga bisa terus berkembang dan berproses jauh lebih baik kedepannya daripada memikirkan hal-hal yang justu menjatuhkan mental.

3. Perdalam Ilmu Agama

Selain mengembangkan hobby dan belajar hal baru, sebagai laki-laki juga harus meningkatkan nilai spiritualitasnya dengan memperdalam ilmu agama dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan memperdalam ilmu agama, laki-laki perlahan juga bisa melupakan permasalahannya karena bisa langsung mencurahkan isi hati kepada pemilik alam semesta yang akan selalu setia mendengarkan keluh kesahnya.

Itulah tadi dampak tuntutan toxic masculinity bagi laki-laki dan juga cara menghadapi toxic masculinity. Budaya patriaki yang menganggap laki-laki tidak boleh menangis dan harus terlihat kuat ini haruslah dihilangkan.

Laki-laki juga memiliki hak untuk meluapkan emosinya dengan menangis dan mendapatkan dukungan. Pentingnya kesetaraan gender ini wajib dipahami oleh setiap kalangan supaya tidak terjadi pertentangan dan pengecualian sehingga menciptakan keadilan.

Baca Juga: Apa Itu Emansipasi? Ini Bedanya dengan Feminisme

TAGGED: laki-laki harus kuat, toxic masculinity, tuntutan laki-laki
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified Blog

Seedbacklink

Rumah Anak Surga

Hotel Karantina Qur’an

Rental Motor Semarang

You Might Also Like

5 Attachment Secure dalam Kehidupan yang Penting Dimiliki Setiap Orang
Artikel

5 Attachment Secure dalam Kehidupan yang Penting Dimiliki Setiap Orang

4 Min Read
Distribusi Sedekah Nasi Baitullah: 2.400 Box Nasi Untuk Para Tamu Allah di Baitullah
Artikel

Distribusi Sedekah Nasi Baitullah: 2.400 Box Nasi Untuk Para Tamu Allah di Baitullah

2 Min Read
Mengenal Gejala Avoidant: Orang yang Cenderung Tertutup dan Menjauhi Interaksi
Artikel

Mengenal Gejala Avoidant: Orang yang Cenderung Tertutup dan Menjauhi Interaksi

5 Min Read
Tentang Broken Home: Rumah yang Belum Tentu Menjadi Tempat Ternyaman Untuk Pulang
Artikel

Tentang Broken Home: Rumah yang Belum Tentu Menjadi Tempat Ternyaman Untuk Pulang

5 Min Read
Suara Online

Suaraonline.com : The voice of netizen

  • Tentang Kami
  • Sitemap
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Privacy Police
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?