Suaraonline.com— Apa yang kamu bayangkan jika mendengar kata pewaris? Pernahkah kamu berpikir apa duka menjadi pewaris?
Dibenakmu pasti hal-hal yang memudahkan seseorang meraih kesuksesannya seperti berlimpah uang, harta dan relasi yang membuat masa depan terlihat seperti sesuatu yang terang benderang.
Seseorang yang terlahir sebagai pewaris, seringkali akan dilebeli sebagai seseorang yang masa depannya terjamin, hidup bahagia dan tak mungkin menghadapi masalah sebagaimana biasanya perintis hadapi.
Tidak jarang pula orang lebih tertarik untuk membahas mengenai perintis ketimbang pewaris, yang dianggap sudah memiliki sendok emas di mulutnya.
Duka Menjadi Pewaris Kesuksesan Orang Tua
Coba bandingkan antara perintis dan pewaris, mana persentase masa depannya lebih cemerlang?
Penelitian “Succession and corporate performance” (Chiang & Yu, 2018) menunjukkan bahwa suksesi generasi berikutnya adalah tantangan besar untuk bisnis keluarga jangka panjang. Diperkirakan hanya kurang lebih 30% bisnis keluarga bertahan di generasi kedua dan mulai menurun di generasi berikutnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pewaris tidak otomatis bermasa depan cemerlang, namun juga di pengaruhi banyak faktor seperti kesiapan ilmu, kesiapan mental, pengalaman, pendidikan, dan sejauh apa mereka memahami bisnis atau tanggung jawab yang diwariskan.
Lantas benarkan menjadi seorang pewaris semudah itu? Berikut beberapa duka yang jarang terlihat dari seorang pewaris.
1. Kurangnya Motivasi Berjuang
Sebagian pewaris tumbuh dalam kenyamanan. Terbiasa hidup enak, selalu terbantu oleh fasilitas, hingga tanpa sadar mengalami apa yang disebut “kemewahan yang melemahkan”.
Tidak sedikit pewaris yang akhirnya memiliki sifat yang mudah menyerah, cenderung menghindari tantangan, atau bergantung penuh pada kekayaan orang tua.
Jika orang tua tidak menanamkan disiplin sejak awal, kenyamanan justru berubah menjadi bumerang: mereka tumbuh tanpa ketahanan mental dan kehilangan peluang untuk memiliki masa depan yang cemerlang.
Baca juga: Fenomena Seleb Kucing? 3 Fakta Kenapa Orang Suka Kucing
2. Stigma Masyarakat
Seorang pewaris tentu sejak kecil akan dipandang sebagai seseorang yang beruntung. Tidak jarang banyak orang yang mendekatinya hanya untuk mendapatkan keuntungan semata.
Fenomena “banyak teman saat kaya, hilang saat jatuh miskin”, ini bukan hanya fenomena dramatis yang ada di film, tapi memang fenomena sosial yang terjadi di kalangan atas.
Selain itu, pencapaian seorang pewaris hampir selalu dianggap “warisan”, bukan hasil kerja keras, “Ya wajar sukses, tinggal nerusin punya bapaknya.” dan saat gagal, “Kok bisa gagal? Padahal cuma perlu nerusin doang.”
Stigma ini membuat pewaris hidup di antara dua tekanan: dianggap terlalu mudah jika sukses, dan dianggap tidak kompeten jika gagal.
3. Tekanan Keluarga
Saat pewaris disiapkan sebagai penerus bisnis keluarga, biasanya mereka sudah menerima beban ini sendari kecil. Tidak jarang beberapa pewaris dengan keluarga yang ketat dan disiplin bahkan kehilangan masa kecilnya, masa bermain dan hal-hal yang seharusnya ia dapatkan di masa anak-anak.
Secara bisnis, seorang pewaris yang sudah dipersiapkan mungkin akan menjadi orang yang mampu melanjutkan bahkan menggembangkan bisnis keluarganya. Namun, sebagai manusia, mereka sering harus mengorbankan hal-hal berharga yang tidak bisa diulang.
Perintis itu sulit, tapi itu tidak berarti jadi pewaris semulus aspal di australia. Jadi, itulah beberapa duka menjadi pewaris yang jarang orang ketahui. Gimana menurutmu?
Baca juga: Menulis Artikel Menggunakan AI: Solusi Cerdas atau Ancaman untuk Website Pemula?




