Menjadi anak perempuan pertama itu nggak selalu mudah. Di balik senyumnya yang kelihatan kuat dan dewasa, ada banyak tanggung jawab yang sering nggak terlihat oleh orang lain. Ia tumbuh dengan peran ganda sebagai anak, kakak, sekaligus kadang jadi “tulang punggung kedua” di keluarga.
Sejak kecil, anak perempuan pertama sering diajarkan untuk mandiri dan bisa diandalkan. Kalau adiknya rewel, dia yang menenangkan. Kalau orang tua sibuk, dia yang bantu beres-beres. Bahkan ketika masih ingin main, sering kali harus belajar menahan diri demi membantu di rumah. Pelan-pelan, tanpa disadari, dia belajar menanggung beban yang mungkin belum waktunya ia pikul.

Nggak sedikit juga yang tumbuh dengan perasaan harus “selalu kuat.” Ketika capek, dia tetap tersenyum. Ketika sedih, dia berusaha nggak nunjukkin. Karena di pikirannya, kalau dia rapuh, siapa lagi yang bisa diandalkan? Akhirnya, banyak anak perempuan pertama tumbuh jadi sosok yang tegar, tapi juga terbiasa menyimpan semuanya sendiri.
Tanggung jawabnya bukan cuma soal membantu keluarga, tapi juga menjaga nama baik, jadi contoh buat adik-adiknya, bahkan kadang jadi tempat curhat orang tua. Ia sering kali dituntut untuk “lebih dewasa” dari usianya. Padahal, di dalam hatinya, ada juga bagian kecil yang ingin dimengerti tanpa harus selalu terlihat sempurna.
Menjadi anak perempuan pertama berarti terbiasa memikirkan banyak hal sebelum orang lain sempat sadar. Dia memikirkan perasaan orang tua, adik, masa depan, bahkan kadang lupa memikirikan untuk dirinya sendiri. Dan ironisnya, ketika dia mulai lelah atau ingin istirahat, rasa bersalah justru datang terlebih dahulu karena merasa nggak boleh berhenti.
Tapi di balik semua itu, anak perempuan pertama juga punya hati yang luar biasa. Ia belajar untuk sabar, tangguh, dan bertanggung jawab. Ia tumbuh menjadi sosok yang bisa diandalkan di saat banyak orang menyerah.
Hanya saja, sesekali ia juga butuh diingatkan nggak apa-apa kalau capek. Nggak apa-apa kalau ingin menangis. Nggak apa-apa kalau ingin merasa kecil lagi. Menjadi kuat itu penting, tapi menjadi manusia yang jujur pada perasaannya juga nggak kalah berharga.
Untuk setiap anak perempuan pertama di luar sana kamu sudah berjuang dengan hebat. Dunia mungkin nggak selalu tahu seberapa berat langkahmu, tapi percayalah, kamu sudah melakukan yang terbaik.
Baca Juga : Ternyata Ini Rahasia di Balik Kenapa Alpha Woman Nggak Mudah Jatuh Cinta




