Suaraonline.com – Budaya senioritas tidak hanya terjadi di lingkungan pendidikan, tetapi juga kerap ditemui di dunia profesional, termasuk di tempat kerja. Dalam praktiknya, budaya ini sering tumbuh secara tidak disadari dan dianggap sebagai hal yang wajar.
Bentuk sederhana dari senioritas dapat terlihat ketika karyawan lama merasa berhak mendapatkan perlakuan khusus serta tuntutan rasa hormat berlebihan dari karyawan baru. Bahkan, dalam beberapa situasi, karyawan lama merasa dirinya lebih unggul hingga menyepelekan kontribusi karyawan baru.
Bahaya Budaya Senioritas di Tempat Kerja
Pertama, tempat kerja dapat berubah menjadi lingkungan yang tidak nyaman untuk berkembang. Rasa takut atau terlalu tunduk pada budaya senioritas membuat karyawan baru tidak leluasa menampilkan kemampuan terbaiknya. Terlebih lagi jika keterampilan yang dimiliki berpotensi membuat karyawan lama merasa tersaingi.
Kedua, kerja sama tim menjadi tidak sehat. Adanya pembagian tidak tertulis antara karyawan lama dan karyawan baru tanpa disadari membentuk sekat-sekat sosial. Akibatnya, kedekatan antar karyawan menjadi terbatas dan proses teamwork terasa kaku serta kurang efektif.
Ketiga, dampak paling berbahaya dari budaya senioritas adalah ketika karyawan lama melimpahkan seluruh pekerjaan kepada karyawan baru dengan alasan “untuk menambah pengalaman”. Ironisnya, hasil kerja tersebut justru diklaim sebagai pencapaian pribadi di hadapan atasan.
Pada akhirnya, budaya ini hanya akan merugikan perusahaan maupun karyawan itu sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk secara aktif memantau dinamika kerja dan memastikan budaya kerja yang sehat agar praktik senioritas yang merugikan tidak tumbuh di lingkungan kerja.
Baca Juga: Cara Menghadapi Ghosting Tanpa Merusak Diri Sendiri
Penulis: Annisa Adelina Sumadillah




