Suaraonline.com – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang tidak menyadari dibalik kesenangan itu, terdapat bahaya overstimulasi di sosial media.
Informasi, hiburan, hingga validasi sosial datang silih berganti tanpa jeda. Dari bangun tidur hingga sebelum terlelap kembali, tidak sedikit orang yang menghabiskan waktu menatap layar demi layar. Lalu, apa saja bahaya overstimulasi di media sosial yang perlu diwaspadai?
Bahaya Overstimulasi di Sosial Media
Pertama, bisa mengganggu self control. Paparan konten yang cepat, beragam, dan emosional membuat otak terbiasa dengan kepuasan instan.
Akibatnya, kemampuan menahan diri, bersabar, dan berpikir panjang menjadi menurun. Seseorang menjadi lebih impulsif, mudah bereaksi, dan sulit mengontrol emosi maupun perilaku, baik di dunia maya maupun di kehidupan nyata.
Kedua, menghilangkan atau mengaburkan privasi. Overstimulasi dapat mendorong seseorang untuk terus membagikan aktivitas pribadi tanpa mempertimbangkan batasan.
Dorongan untuk eksis dan mendapatkan respons sering kali mengalahkan kesadaran akan privasi. Hal ini membuat batas antara ranah pribadi dan konsumsi publik menjadi semakin kabur.
Ketiga, dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Paparan layar yang berlebihan, terutama sebelum tidur, membuat otak sulit beristirahat.
Notifikasi yang terus muncul dan kebiasaan scrolling tanpa henti mengganggu ritme tidur alami, sehingga kualitas istirahat menurun dan tubuh tidak pulih secara optimal.
Keempat, memicu kecanduan. Overstimulasi di media sosial bekerja seperti siklus candu, semakin sering digunakan, semakin sulit dihentikan.
Rasa gelisah saat tidak memegang ponsel menjadi tanda bahwa kontrol diri mulai melemah dan ketergantungan telah terbentuk.
Jadi, itulah beberapa bahaya overstimulasi di sosial media yang tidak boleh dianggap sepele. Mengatur waktu penggunaan dan menyadari batas diri menjadi langkah awal untuk tetap sehat secara mental dan emosional di era digital.
Baca Juga: Peran Self Control Dalam Menjaga Kesehatan Mental
Editor: Annisa Adelina Sumadillah.




