Suaraonline.com – Menjadi penulis artikel di era digital berarti harus siap menghadapi dua dunia antara idealisme yang ingin disampaikan dan kebutuhan pasar yang harus dipenuhi agar tulisan tetap relevan.
Banyak penulis merasa terjepit di antara keduanya, terutama saat tuntutan platform semakin tinggi sementara jiwa kreatif ingin tetap bebas mengekspresikan pandangan jujur dan mendalam.
Cara Penulis Artikel Menjaga Idealisme
Sebagai penulis artikel, idealisme sebenarnya bukan sesuatu yang harus dikorbankan. Tantangannya justru bagaimana mengemas nilai pribadi tanpa mengabaikan kebutuhan pembaca.
Misalnya, ketika pasar menuntut topik ringan dan cepat, seorang penulis tetap bisa memasukkan sudut pandang khasnya melalui gaya bahasa, contoh kasus, atau cara menjelaskan suatu fenomena. Dengan begitu, idealisme tetap hidup meski kontennya menyesuaikan tren.
Kedua, penulis artikel perlu memahami bahwa kebutuhan pasar bukan musuh, melainkan petunjuk arah agar tulisan mereka tetap dibaca.
Kebutuhan pasar memberikan sinyal tentang apa yang pembaca cari, dan sinyal itu bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan pemikiran dengan cara yang lebih diterima.
Daripada menolak tuntutan pasar, lebih baik menjadikannya pijakan untuk menciptakan karya yang tetap memiliki ciri personal dan dibutuhkan pembaca.
Jadi, itulah cara menjaga keseimbangan antara idealisme dan tuntutan pasar. Ingat, keduanya bukanlah musuh yang harus dikorbankan salah satunya.
Penulis yang bijak tahu kapan harus fleksibel dan kapan harus mempertahankan prinsip. Inilah seni menjadi penulis artikel di era serba cepat.
Baca Juga : Kenapa Kita Sering Overthinking? Ini Penjelasan Sederhananya
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




