Suaraonline.com – Overthinking sering dianggap sebagai musuh utama produktivitas, terutama bagi penulis novel. Pikiran yang terlalu ramai kerap membuat proses menulis terasa berat dan melelahkan.
Namun, jika dikelola dengan tepat, overthinking justru bisa menjadi aset berharga bagi penulis online dalam mengolah cerita yang lebih dalam dan matang.
Cara Penulis Novel Memanfaatkan Overthinking
Salah satu cara memanfaatkan overthinking adalah menggunakannya untuk memperdalam konflik cerita. Pikiran yang terus bertanya “bagaimana jika” dapat membantu penulis novel menemukan kemungkinan konflik baru, memperkuat motivasi karakter, dan menghindari alur cerita yang terlalu datar.
Overthinking terhadap alur dapat membantu penulis untuk lebih kritis dalam menentukan alur yang ada. Sehingga tidak ragu untuk membuat atau menambahkan alur yang ada.
Overthinking juga bisa dimanfaatkan untuk menguji logika cerita. Dengan kebiasaan berpikir berlapis, penulis online dapat meninjau ulang apakah tindakan karakter sudah masuk akal, apakah konflik memiliki sebab yang kuat, dan apakah penyelesaian cerita terasa wajar bagi pembaca.
Selain itu, overthinking membantu penulis novel membangun karakter yang lebih kompleks. Pikiran yang detail memungkinkan penulis menggali sisi emosional, ketakutan, dan dilema batin tokoh, sehingga karakter tidak terasa hitam-putih atau dangkal.
Kuncinya adalah memisahkan waktu berpikir dan waktu menulis. Overthinking sebaiknya digunakan pada tahap perencanaan dan evaluasi, bukan saat menuangkan draf awal. Dengan begitu, penulis novel tetap bisa menulis dengan lancar tanpa kehilangan kedalaman cerita.
Jadi, itulah dampak positif dari overthinking jika dimanfaatkan dengan baik dan benar, bukan digunakan untuk mencela tulisan yang dapat membuat tidak percaya diri atau bahkan enggan menulis.
Baca Juga: Apa Jadinya Ketika Orang Perfeksionis Melepas Prinsipnya?
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




