Suaraonline.com – Di era media sosial, hubungan antara penulis dan pembaca menjadi semakin dekat. Pembaca bisa dengan mudah menyampaikan pendapat, kritik, bahkan tuntutan terhadap kelanjutan cerita.
Di satu sisi, hal ini bisa menjadi bentuk apresiasi. Namun di sisi lain, tekanan dari pembaca atau reader pressure kerap membuat penulis novel merasa tertekan, ragu, bahkan kehilangan arah dalam menulis.
Reader pressure biasanya muncul ketika pembaca mulai memiliki ekspektasi tinggi terhadap alur, karakter, atau ending cerita. Jika tidak disikapi dengan tepat, kondisi ini bisa mengganggu kesehatan mental dan kualitas karya.
Cara Penulis Novel Menghadapi Reader Pressure
Salah satu cara penting bagi penulis novel dalam menghadapi reader pressure adalah tetap fokus pada tujuan awal penulisan novel.
Setiap cerita lahir dari niat, pesan, dan emosi tertentu yang ingin disampaikan penulis.
Ketika tekanan pembaca mulai mengaburkan arah cerita, penulis perlu kembali bertanya pada diri sendiri, apa tujuan novel ini ditulis? Dengan berpegang pada tujuan tersebut, penulis tidak mudah goyah oleh tuntutan yang justru bisa merusak keutuhan cerita.
Selain itu, penulis novel perlu belajar menyortir tekanan yang datang dari pembaca.
Tidak semua kritik harus diterima mentah-mentah. Kritik yang membangun dan relevan bisa dijadikan bahan evaluasi, selama tidak mengubah identitas cerita secara drastis.
Sebaliknya, kritik yang bernada menjatuhkan, memaksa, atau tidak memiliki dasar yang jelas tidak perlu dijadikan beban. Penting bagi penulis untuk mengambil manfaat dari masukan tanpa menjadikannya sumber tekanan emosional.
Jadi, itulah cara sederhana bagi penulis dalam menghadapi tekanan pembaca. Hal yang terpenting penulis novel harus tetap menjadi pengendali utama cerita.
Dengan fokus pada tujuan dan bijak menyikapi kritik, penulis dapat menjaga keseimbangan antara mendengarkan pembaca dan tetap setia pada visi kreatifnya sendiri.
Baca Juga: 3 Penyebab Orang Indonesia Tidak Suka Membaca
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




