Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, kita mungkin bangga melihat bagaimana perekonomian Indonesia ikut bergerak maju.
Berbagai bisnis bermunculan mulai dari produk kecantikan, fashion, hingga bisnis kuliner yang sangat mudah viral hanya karena konsisten membuat konten di TikTok, Instagram, atau platform lain.
Konten kuliner yang berseliweran membuat kita makin penasaran mencoba berbagai makanan, terutama saat sedang liburan atau sekadar mampir ke kota lain.

Bukan hanya ingin menikmati waktu santai, tapi juga ingin menambah pengalaman mencicipi kuliner khas yang sedang ramai dibicarakan.
Tidak sedikit dari kita, khususnya para muda-mudi, yang ingin menikmati semua jenis makanan dari jajanan ringan sampai makanan berat.
Namun, dibalik keinginan untuk “enjoy the moment”, seringkali kita lupa memikirkan risiko yang perlahan-lahan mengintai kesehatan.
Kita tidak sadar berapa banyak makanan dan minuman yang masuk ke tubuh tanpa kita saring terlebih dahulu.
Lama-kelamaan, tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda masalah: kadar gula naik, tekanan darah tidak stabil, kolesterol berlebihan, hingga akhirnya muncul penyakit serius seperti diabetes dan gagal ginjal.
Lalu ketika tubuh mulai melemah, kita bertanya-tanya:
“Aku kena diabetes?”,
“Aku kena gagal ginjal?”,
“Harusnya siapa yang disalahkan?”
Apakah kita bisa menyalahkan penjual makanan? Tentu saja tidak. Mereka hanya menyediakan makanan, bukan memaksamu mengonsumsinya.
Kita diberi akal dan kemampuan untuk mengatur pola makan dan menjaga tubuh sendiri. Kita tahu bahayanya, tetapi tetap mengabaikannya.
Sering kali kita berdalih,
“Sekali aja nggak apa-apa kan?”
“Kapan lagi cobain ini?”
“Lagi viral, sayang kalau ketinggalan.”
Padahal tanpa sadar, kita sudah melewati batas. Tubuh bekerja keras memproses kadar gula yang berlebihan, memfilter zat-zat berbahaya dari makanan yang tidak sehat, dan menahan racun yang semakin menumpuk.
Sampai akhirnya, tubuh kelelahan dan memberontak. Dari situlah risiko diabetes meningkat, dan fungsi ginjal menurun hingga berujung pada gagal ginjal.
Penyakit seperti diabetes dan gagal ginjal bukan muncul tiba-tiba. Mereka datang perlahan dari kebiasaan yang kita biarkan terlalu lama: makan sembarangan, konsumsi minuman manis setiap hari, terlalu sering jajan, dan merasa “baik-baik saja” padahal tubuh sedang memberi sinyal bahaya.
Mulai sekarang, sebelum mencoba makanan viral yang muncul di beranda sosmed, selipkan satu pertanyaan untuk diri sendiri:
“Apa ini baik buat tubuhku dalam jangka panjang?”
Kalau tubuhmu rusak oleh diabetes atau gagal ginjal, viral food tidak akan terasa menyenangkan lagi.
Baca Juga : Waspada! Lonjakan Kasus Gagal Ginjal pada Anak dan Kelalaian Orang Dewasa di Baliknya




