Suara Online
  • Beranda
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Teknologi
Subscribe
Suara OnlineSuara Online
Aa
Search
  • Pages
    • Home
    • Blog Index
    • Contact Us
    • Search Page
    • 404 Page
  • Categories
  • Personalized
    • My Saves
    • My Feed
    • My Interests
    • History
Follow US
Kenapa Gen Z Gampang Burnout? Antara Tuntutan, Perbandingan, dan Kehilangan Makna Hidup

Beranda – gen z – Kenapa Gen Z Gampang Burnout? Antara Tuntutan, Perbandingan, dan Kehilangan Makna Hidup

Artikel

Kenapa Gen Z Gampang Burnout? Antara Tuntutan, Perbandingan, dan Kehilangan Makna Hidup

Salsabila Humairo Azzahro
Salsabila Humairo Azzahro
Share
Kenapa Gen Z Gampang Burnout? Antara Tuntutan, Perbandingan, dan Kehilangan Makna Hidup
SHARE

Pernah ngerasa capek tapi bukan cuma fisik lebih ke mental pikiran penuh, kepala berat, dan hati kosong? Nah, itulah yang sering disebut burnout. Fenomena ini bukan cuma istilah keren di media sosial, tapi realitas yang paling sering dialami oleh Gen Z, generasi yang tumbuh di tengah era cepat, ambisius, dan serba online.

Contents
1. Terjebak dalam budaya produktif tanpa henti2. Tekanan hidup dan ambisi yang nggak realistis3. Perbandingan sosial bikin lelah mental4. Lupa berhenti dan menenangkan diri5. Kehilangan makna di tengah ambisiJadi, apa yang bisa dilakukan?

Kalau dulu orang tua kita stres karena kerja fisik, sekarang banyak anak muda justru stres karena tekanan mental dan ekspektasi yang nggak kelar-kelar. Mereka kejar mimpi, tapi kadang lupa istirahat.

1. Terjebak dalam budaya produktif tanpa henti

Buat Gen Z, jadi produktif seolah jadi syarat untuk diakui. Setiap hari disuguhi konten “hustle culture” di media sosial bangun pagi, kerja keras, punya side job, ikut seminar, belajar skill baru semua demi “sukses sebelum umur 25 tahun.”


Tapi di balik semangat itu, ada beban besar. Rasa bersalah kalau nggak produktif. Takut tertinggal dari teman sebaya. Dan akhirnya, kelelahan yang menumpuk berubah jadi burnout. Ironisnya, mereka lelah bukan karena malas, tapi karena terlalu berusaha.

2. Tekanan hidup dan ambisi yang nggak realistis

Banyak Gen Z punya standar tinggi buat diri sendiri. Mereka pengen kerja ideal, punya penghasilan besar, sambil tetap punya work life balance dan waktu untuk diri sendiri. Tapi dunia nyata nggak seindah itu.


Persaingan karier makin ketat, biaya hidup naik, dan tuntutan sosial terus menghantui. Akhirnya, ambisi besar malah berubah jadi tekanan hidup yang nggak sehat. Mereka merasa gagal, padahal cuma manusia biasa yang lagi kewalahan.

3. Perbandingan sosial bikin lelah mental

Di era digital, semua orang berlomba tampil bahagia. Scroll TikTok atau Instagram, lihat teman udah sukses, traveling, atau punya bisnis. Padahal yang kelihatan cuma potongan terbaiknya aja. Tapi otak kita nggak bisa bedain akhirnya muncul perbandingan sosial yang bikin cemas dan minder.


Gen Z hidup dalam dunia di mana pencapaian orang lain selalu muncul di layar. Jadi wajar kalau banyak yang ngerasa belum cukup, bahkan ketika sebenarnya mereka udah berproses.

4. Lupa berhenti dan menenangkan diri

Kebanyakan orang nyari solusi burnout dengan self healing instan liburan, ngopi, atau staycation. Nggak salah, tapi kadang cuma jadi pelarian sesaat. Burnout nggak bakal selesai kalau kita nggak bener-bener ngasih ruang buat diri sendiri untuk tenang.


Kadang, yang dibutuhin bukan jalan-jalan, tapi istirahat dari overthinking. Nggak semua hal harus dikejar. Ada kalanya hidup cukup dijalani pelan-pelan.

5. Kehilangan makna di tengah ambisi

Banyak Gen Z kehilangan arah. Mereka kerja keras, belajar banyak, tapi nggak tahu lagi buat siapa dan buat apa. Ambisi besar tanpa makna hidup akhirnya cuma jadi beban.
Padahal, makna itu penting dia yang bikin semangat bertahan bahkan di tengah tekanan. Ketika hidup cuma diukur dari pencapaian, sisi manusiawi kita jadi hilang.

Jadi, apa yang bisa dilakukan?

Pertama, berhenti membandingkan prosesmu dengan orang lain. Kedua, sadari kalau kamu nggak harus selalu produktif. Hidup bukan lomba. Kadang diam juga bagian dari tumbuh.
Ketiga, mulai pelan-pelan membangun makna. Fokus ke hal yang bikin kamu hidup, bukan cuma sibuk. Dan kalau kamu ngerasa capek banget, nggak apa-apa minta bantuan entah ke teman, mentor, atau profesional kesehatan mental.

Karena pada akhirnya, Gen Z bukan generasi yang lemah. Mereka cuma generasi yang hidup di zaman serba cepat, dan sedang belajar menemukan keseimbangan antara ambisi, produktifitas, dan makna hidup.

Baca Juga : Sering Berbicara Sendiri? Ternyata Ini Manfaatnya

TAGGED: gen z, Burnout, Makna Hidup
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified Blog

Seedbacklink

Rumah Anak Surga

Hotel Karantina Qur’an

Rental Motor Semarang

You Might Also Like

Sulit Fokus? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
Artikel

Sulit Fokus? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

3 Min Read
Sering Berbicara Sendiri? Ternyata Ini Manfaatnya
Artikel

Sering Berbicara Sendiri? Ternyata Ini Manfaatnya

3 Min Read
1000269990
Artikel

Kenapa Kita Merasa Tertekan Padahal Sudah Terbiasa? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

2 Min Read
1000269877
Artikel

Bahaya! Hindari 3 Minuman Dingin Ini Sebelum Terlambat

2 Min Read
Suara Online

Suaraonline.com : The voice of netizen

  • Tentang Kami
  • Sitemap
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Privacy Police
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?