Suaraonline.com– Meski Indonesia pernah dijajah Belanda selama lebih dari tiga abad, fakta sejarah menunjukkan bahwa hanya segelintir orang yang benar-benar bisa memakai berbahasa Belanda saat itu.
Mayoritas masyarakat pribumi bahkan tidak tersentuh pendidikan formal yang menggunakan bahasa Belanda. Lalu, kenapa bisa begitu?
Alasan Orang Indonesia Tidak Bisa Berbahasa Belanda Meski Lama Dijajah Belanda
Pertama, sejak awal kedatangannya, tujuan Belanda memang bukan untuk menyebarkan bahasa atau budaya mereka, melainkan hanya untuk menjajah dan hanya berorientasi pada eksploitasi ekonomi.
Bahasa Belanda tidak dianggap perlu diperkenalkan kepada pribumi karena tidak memberi keuntungan langsung bagi pemerintah kolonial. Mereka hanya butuh tenaga kerja, bukan masyarakat yang cerdas dan mampu bernegosiasi dalam bahasa penguasa.
Kedua, adanya stereotip kuat dari orang Belanda terhadap pribumi yang dianggap “rendah”. Perspektif rasial ini membuat mereka membatasi akses pendidikan.
Sekolah Belanda hanya dibuka untuk orang Eropa, keturunan campuran, atau pribumi kaya yang dianggap “layak”. Itulah sebabnya mayoritas rakyat tidak memiliki kesempatan mempelajari berbahasa Belanda, meski hidup dalam masa dijajah Belanda yang begitu panjang.
Ketiga, pengaruh Jepang juga memperkuat hilangnya bahasa Belanda di kalangan masyarakat. Saat Jepang masuk pada 1942, semua hal berbau Belanda dilarang.
Berbahasa Belanda dihapus dari sekolah, papan nama diganti, hingga buku-buku Belanda disita. Dalam tiga tahun pendudukan Jepang, bahasa Belanda hampir hilang dari ruang publik. Dampaknya terasa hingga setelah Indonesia merdeka, membuat keberadaan bahasa Belanda makin terpinggirkan.
Jadi, meski Indonesia dijajah Belanda ratusan tahun, kebijakan kolonial, diskriminasi rasial, dan pengaruh Jepang justru membuat masyarakat tidak punya peluang mempelajari bahasa tersebut.
Penjajahan panjang tidak otomatis membuat bahasa penjajah mengakar, apalagi jika sejak awal rakyat tidak diberi akses untuk mempelajarinya seperti yang dialami Indonesia.
Baca Juga: Teknik Pomodoro untuk Menyelesaikan Tugas Tanpa Stres
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




