Suaraonline.com – Terkadang seseorang akan merasa lelah jika seringkali berinteraksi dengan banyak orang dan akan sangat menguras energi. Tetapi jika sering merasakan hal yang sama di setiap waktu, bisa jadi itu termasuk salah satu gejala dari avoidant.
Avoidant bukan hal yang harus ditakuti, tetapi jika berlebihan juga bukanlah hal yang baik. Seseorang jadi bisa lebih sulit berinteraksi dan membangun hubungan jika telah memiliki gejala avoidant.
Apa itu Avoidant?
Avoidant merupakan salah satu gangguan kepribadian yang membuat penderitanya kerapkali menghindari interaksi dengan banyak orang. Orang yang mengalami gejala ini seringkali mengalami kecemasan dan kekhawatiran berlebih karena penolakan.
Gejala avoidant sangat berbeda dengan pemalu, karena orang yang pemalu tidak cenderung lebih tertutup dan selalu menghindari banyak orang seperti penderita gejala avoidant.
Penderita ini seringkali takut mengalami kritik dari orang lain karena takut dikecewakan. Berdasarkan penelitian, ternyata 20 sampai 25 persen orang dewasa mengalami gejala ini sehingga mereka selalu merasa tidak layak diterima oleh orang lain.
Jika diamati dalam kehidupan sehari-hari, penderita gejala avoidant cenderung terbiasa melakukan segala hal sendirian dan tampak tidak menginginkan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Penderita gejala ini juga cenderung lebih menyukai melakukan hal secara sendirian dan jarang menunjukkan perasaannya secara terbuka. Orang lain akan sangat sulit mengenali dirinya bahkan sampai seluk beluknya karena penderita ini sangat tertutup.
Ketika mengalami sebuah permasalahan yang rumit, penderita gejala ini juga kerapkali menutup diri dan enggan mencari bantuan maupun dukungan dari orang lain. Mereka pasti akan selalu berusaha untuk mengatasi semua masalah itu sendiri.
Tanda-tanda Memiliki Gejala Avoidant
Berikut ini adalah tanda-tanda yang bisa dilihat dari orang yang memiliki gejala avoidant:
1. Menarik Diri dari Situasi Sosial
Penderita gejala ini lebih cenderung akan menarik diri dari situasi sosial. Apabila ia merasa mulai intens berinteraksi, maka ia akan tiba-tiba mundur dan menarik dirinya agar tidak semakin dekat dengan orang tersebut.
Penderita gejala avoidant akan takut untuk memulai berkenalan, mengajak seseorang untuk mengobrol terlebih dahulu, atau hanya sekedar percakapan basa-basi. Terutama kepada lingkungan dan orang baru, mereka lebih memilih untuk diam meskipun ingin berteman.
2. Takut Dikritik dan Ditolak
Orang yang menderita gejala avoidant juga sering mengalami ketakutan untuk dikritik maupun ditolak. Karena hal tersebutlah membuat orang penderita gejala ini sangat cemas untuk berinteraksi dengan orang karena takut mendapatkan penilaian negatif.
3. Sulit Membangun Hubungan
Orang yang memiliki gejala ini juga sangat sulit membangun hubungan dekat dengan seseorang karena memiliki ketakutan yang berlebihan dalam menjalin kedekatan yang intens.
Oleh sebab itu, penderita avoidant biasanya akan terlihat dingin, cuek, dan tegas ketika ada seseorang yang berusaha dekat dan ingin membangun sebuah hubungan padahal penderita gejala ini juga tidak mau menunjukkan sifat seperti itu.
4. Sulit Mengekspresikan Diri
Penderita avoidant biasanya sangat sulit mengekspresikan dirinya karena mereka takut mendapatkan kritik dari orang lain. Hal itu yang membuat mereka seringkali memendam segalanya sendirian dan sulit mengungkapkan perasaannya.
Mereka juga biasanya dipengaruhi dari trauma pada masa kecil yang dimana dilarang untuk menangis maupun berpendapat sehingga hal tersebut bisa terbawa dampaknya sampai ia menjadi seseorang yang dewasa.
5. Penuh Keraguan dalam Diri
Orang yang menderita gejala ini biasanya juga sering meragukan dirinya sendiri dalam segala hal padahal ia mampu untuk melewatinya. Hal ini yang membuat penderita gejala avoidant selalu merasa dirinya rendah dan tidak bisa memenuhi standar orang lain.
Itulah tadi mengenai pengertian dan tanda-tanda seseorang yang memiliki gejala avoidant. Keadaan ini bisa membawa dampak yang tidak baik untuk kesejahteraan diri sendiri. Terkadang dalam kondisi tertentu kita juga harus bisa berinteraksi dengan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa terlepas dari yang namanya membangun hubungan dan relasi dengan orang lain. Lakukan terapi dan mencari dukungan bisa menjadi solusi yang tepat untuk mulai pelan-pelan bisa terbuka dengan orang lain.
Baca Juga: 5 Gangguan Short Term Memory: Hilangnya Ingatan Jangka Pendek, Apa Pemicunya?