Suaraonline.com – Dalam sejarah panjang peradaban manusia, sistem patriarki telah membawa dampak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Patriarki mengedepankan bahwa laki-laki memiliki otoritas tertinggi dalam segala aspek.
Sistem patriarki saat ini telah berkembang bukan hanya terjadi kepada perempuan saja melainkan juga kepada laki-laki sebab adanya dobrakan untuk hak kebebasan gender yang saat ini dikenal dengan kesetaran gender.
Kesetaran gender kemudian mendorong perempuan untuk lebih berani dalam menyuarakan hak-hak nya agar tidak dianggap remeh dan dikesampingkan dalam segala hal. Akhirnya, konsep ini telah membawa dampak yang signifikan bagi keadilan perempuan.
Definisi Sistem Patriarki
Sistem patriarki merupakan sistem yang menganut bahwa laki-laki dianggap bisa mengendalikan perempuan baik hal tersebut dalam ranah publik maupun privat. Budaya ini menganggap jika laki-laki harus selalu mendominasi daripada perempuan.
Seiring berkembangnya waktu, laki-laki hampir selalu menguasai segala faktor dan aspek kehidupan mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, militer dan pertahanan, sosial budaya, serta aspek-aspek lainnya sehingga ruang bagi perempuan sangatlah dibatasi.
Sistem patriarki juga bisa terjadi kepada laki-laki seperti budaya laki-laki harus dituntut untuk selalu kuat, laki-laki tidak diperbolehkan menangis, laki-laki tidak boleh lemah, dan tuntutan-tuntutan lainnya yang merugikan.
Dampak Sistem Patriarki Bagi Laki-laki
Laki-laki selalu dituntut untuk terlihat maskulin dan kaku sehingga hal tersebut bisa menyebabkan laki-laki tidak bisa menyampaikan perasaan emosionalnya. Berikut ini adalah dampak sistem patriarki bagi laki-laki yaitu:
1. Tekanan Selalu Harus Bisa Mandiri
Laki-laki selalu dituntut untuk bisa mandiri bahkan rasanya jika laki-laki meminta bantuan kepada orang lain terlihat aneh. Padahal laki-laki juga memiliki hak yang sama seperti perempuan. Hal ini akan membuat laki-laki mudah depresi dan cemas.
2. Kesulitan Mengekspresikan Perasaan Emosional
Laki-laki juga seringkali dituntut untuk memendam perasaan emosinya sendiri. Bahkan laki-laki yang curhat masalah hidup kepada orang lain justru seringkali dianggap rendah karena tidak mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri.
Padahal dengan bercerita laki-laki bisa membagikan perasaannya dan meluapkan emosinya agar bisa menjadi lebih tenang dalam mengambil sebuah keputusan dan seharusnya wajib diberikan dukungan.
3. Tindak Kekerasan
Laki-laki seringkali terlibat dalam kekerasan karena mereka dianggap harus memiliki jiwa petarung yang dimana kekerasan merupakan salah satu cara yang bisa diambil untuk menyelesaikan suatu konflik.
4. Masalah Kesehatan
Karena tuntutan laki-laki yang selalu dianggap harus menjadi kuat, menyebabkan laki-laki tersebut kurang memperhatikan kesehatan pada dirinya. Oleh sebab itu, perempuan biasanya lebih sering mendapatkan perawatan medis daripada laki-laki.
5. Tuntutan dan Harapan yang Tidak Masuk Akal
Karena laki-laki adalah pemimpin, maka seringkali dianggap jika laki-laki harus sukses, laki-laki harus kaya dan mapan, harus menjadi suami yang hebat, ayah yang baik.
Tuntutan-tuntutan yang banyak inilah kerap kali membuat laki-laki menjadi banyak beban yang dipikirkan sehingga membuatnya stres dan depresi jika tidak bisa memenuhinya.
Itulah tadi mengenai definisi dan dampak sistem patriarki bagi laki-laki. Pada dasarnya patriarki merupakan salah satu sistem yang tidak selayaknya untuk dipertahankan. Sistem ini akan merusak moral dan perilaku serta pola pikir masyarakat.
Selayaknya, setiap gender memiliki hak dan kebebasan yang sama. Perubahan dalam menghapus sistem ini bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan kesabaran serta konsistensi dalam membangun perubahan yang lebih baik.
Dengan adanya kerjasama dari seluruh pihak, sistem ini dapat dihapuskan melalui pergerakan dan komitmen. Selayaknya, setiap orang dapat memiliki kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat baik pada ruang privat maupun publik tanpa memandang gender.
Baca Juga: Toxic Masculinity: Laki-laki Dituntut Harus Selalu Kuat dan Tidak Boleh Menangis?
Penulis: Suci Wulandari




