Suara Online, Semarang – Saat menerima kritik, banyak orang langsung merasa diserang, tersinggung, atau bahkan marah. Ini wajar, karena otak kita sering memproses kritik sebagai ancaman.
Namun, kalau kita ingin bertumbuh, kita perlu belajar menghadapi kritik dengan cara yang lebih kritis, lebih tenang, dan lebih dewasa.
Memahami kritik tidak selalu tentang benar atau salah. Kadang komentar orang lain hanyalah sudut pandang yang berbeda.
Ketika kita menanggapinya secara kritis, kita bisa memilah mana masukan yang bermanfaat dan mana yang sebaiknya diabaikan tanpa membawa emosi yang berlebihan.
Kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua kritik berniat menjatuhkan. Ada kritik membangun yang bisa membantu kita berkembang.
Dengan sikap kritis, kita dapat mengolah masukan itu menjadi bahan evaluasi diri tanpa membuat diri sendiri merasa tidak mampu.
Tidak jarang, emosi muncul karena ego merasa terganggu. Kita merasa sudah melakukan yang terbaik, lalu orang lain memberi masukan yang tidak sesuai ekspektasi.
Di momen seperti ini, berhenti sejenak, tarik napas, dan lihat situasinya secara kritis. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah kritik ini punya manfaat untukku?”
Kalau jawabannya iya, ambil poin-poin pentingnya dan jadikan sebagai bahan perbaikan. Kalau tidak, cukup dengarkan tanpa perlu menyimpannya dalam hati.
Ingat, kemampuan menerima kritik adalah salah satu tanda kedewasaan yang sangat dihargai dalam dunia kerja maupun hubungan sosial.
Jadi, dengan belajar menerima kritik secara kritis, kita tidak hanya menjaga emosi tetap stabil, tetapi juga membuka peluang besar untuk berkembang. Kritik bukan musuh; ia adalah cermin untuk melihat diri kita lebih jujur.
Baca Juga : Cara Menjadi Lebih Tegas dalam Sikap dan Ucapan untuk Menjaga Batasan Diri




