Suaraonline.com – Fenomena ghosting sering digambarkan sebagai tindakan menghilang tiba-tiba tanpa penjelasan.
Namun, ada hal menarik dalam fenomena sosial ini yaitu beberapa pelaku ternyata pernah menjadi korban sebelumnya.
Kenapa Korban Ghosting bisa Jadi Pelaku Ghosting?
Pertanyaannya, kenapa pola ini bisa berulang? Secara emosional, seseorang yang pernah merasakan sakitnya ditinggalkan tanpa kejelasan akan menyimpan luka yang tidak selalu terlihat dari luar.
Luka itulah yang perlahan membentuk perilaku baru sebagai mekanisme bertahan hidup.
Dalam banyak kasus, seseorang yang pernah mengalami ghosting belum benar-benar sembuh dari rasa rendah diri yang ditinggalkan.
Mereka mempertanyakan kelayakan diri, merasa tidak cukup baik, dan menyimpan ketakutan akan penolakan.
Ketika trauma itu tidak diolah, hubungan baru terasa seperti ancaman. Mereka takut kembali merasakan rasa sakit yang sama, sehingga insting bertahan hidup membuat mereka memilih menghilang terlebih dahulu daripada ditinggalkan lagi.
Ketika rasa takut ditinggalkan muncul, seseorang menjadi sangat sensitif terhadap tanda-tanda kecil dalam sebuah hubungan.
Hal kecil mendadak bisa seperti bom yang besar. Sesuatu yang sebenarnya bisa dibicarakan malah dianggap sebagai alarm bahaya.
Di sinilah pola ghosting mulai terbentuk: mereka memilih kabur sebagai langkah cepat untuk melindungi diri. Bukan karena mereka tidak peduli, tetapi karena emosi mereka belum pulih dari pengalaman masa lalu, yang diam-diam kembali datang.
Sayangnya, tanpa disadari, perilaku ini justru menciptakan lingkaran baru. Korban yang pernah terluka menjadi pelaku dan melukai orang lain dengan pola yang sama.
Siklus ini terus berulang jika tidak ada kesadaran untuk berhenti sejenak dan menyembuhkan diri terlebih dahulu.
Menghadapi rasa takut, membangun batasan sehat, dan belajar berkomunikasi adalah langkah penting untuk menghentikan rantai tersebut.
Pada akhirnya, memahami bahwa pelaku ghosting sering kali membawa luka lama bukan berarti membenarkan perilakunya.
Ini justru mengajak kita melihat bahwa penyembuhan adalah akar dari hubungan yang lebih dewasa dan jangan ragu untuk datang ke ahli di bidangnya agar mendapatkan pertolongan yang kamu butuhkan. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca Juga: Tips Sederhana Menghadapi Di-Ghosting
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




