Suaraonline.com – Selama ini ada anggapan bahwa penulis novel memiliki imajinasi yang jauh lebih luas dibandingkan penulis artikel.
Banyak yang percaya bahwa penulis artikel hanya bekerja berdasarkan data, sementara penulis novel bebas menciptakan dunia, karakter, dan konflik dari nol. Tapi, benarkah perbedaannya sesederhana itu?
Imajinasi Penulis Artikel Tidak Seluas Penulis Novel?
Jika melihat dari sistem kerja, memang penulis novel dituntut untuk memiliki imajinasi yang sangat kuat.
Bahan dan modal utama mereka berasal dari kreativitas murni menghasilkan dunia fiksi, karakter, alur cerita, hingga dialog semuanya bergantung pada imajinasi mereka. Tanpa imajinasi yang kaya, cerita akan terasa datar dan tidak hidup.
Sedangkan pada penulis artikel, bahan tulisan mereka berasal dari data dan informasi nyata.
Tidak ada ruang bebas untuk mereka mengarang sesuatu di luar fakta, apalagi menambahkan imajinasi liar dalam informasi yang harus akurat.
Selain itu, juga harus menyesuaikan gaya menulis dengan tone tempat bekerja. Bisa tone santai, semi formal, formal, atau sangat ilmiah. Ruang kreatifnya berbeda dengan penulis novel.
Namun, bukan berarti penulis artikel tidak bisa menggunakan atau melatih imajinasinya.
Justru, imajinasi sangat membantu penulis artikel menemukan sudut pandang baru, membuat analogi yang mudah dipahami, hingga menjelaskan fenomena kompleks dengan cara yang sederhana. Imajinasi juga membantu tulisan terasa lebih hidup dan tidak kaku.
Jadi, tidak selamanya penulis yang membuat artikel tidak bisa berimajinasi luas seperti penulis novel. Keduanya memiliki tingkat imajinasi yang sama jika memang dibutuhkan, hanya saja ranah kerja yang berbeda menuntut hasil yang berbeda pula.
Baca Juga: Ghosting Digital vs Ghosting Nyata: Mana yang Lebih Menyakitkan?
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




