
Dalam forum Round Table RMOL Jateng ke-13 yang digelar di Semarang, Selasa (5/11), sejumlah peserta menyoroti skala besar dan tantangan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini tengah menjadi perhatian publik nasional.
Salah satu narasumber, Syariat, menyebut bahwa program MBG merupakan intervensi sosial paling ambisius yang pernah dijalankan pemerintah dalam dekade terakhir.
Menurut Syariat, kebijakan ini tidak hanya berkaitan dengan peningkatan gizi masyarakat, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan pendidikan yang sangat luas.
Ia menilai bahwa keberanian pemerintah untuk menjalankan program dengan cakupan nasional dan target jutaan penerima merupakan langkah progresif, namun juga penuh risiko dalam aspek implementasi dan pengawasan.
“Program ini adalah bentuk intervensi sosial yang ambisius, karena menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat. Tapi di sisi lain, kompleksitasnya menuntut kesiapan sistem di lapangan agar tidak berhenti di tataran wacana,” ujarnya dalam forum tersebut.
Ambisi Besar, Tantangan Lebih Berat
Syariat menambahkan bahwa ambisi besar yang dibawa oleh MBG harus diimbangi dengan kesiapan birokrasi dan manajemen pelaksanaan yang matang.
Program dengan skala nasional memerlukan koordinasi lintas sektor, mulai dari lembaga pendidikan, kesehatan, hingga pemerintah daerah.
Tanpa perencanaan yang detail dan pengawasan berlapis, ia menilai potensi ketidakefisienan dan tumpang tindih kebijakan sangat mungkin terjadi.
Ia juga menyoroti bahwa pelaksanaan program MBG tidak bisa disamakan dengan proyek bantuan sosial pada umumnya.
Karena menyangkut kebutuhan pangan dan gizi, program ini harus memastikan rantai pasok, distribusi, dan kualitas makanan benar-benar terjaga, terutama di daerah yang memiliki keterbatasan infrastruktur.
“Intervensi sosial semacam ini menuntut kesiapan yang luar biasa, mulai dari teknis penyediaan bahan makanan hingga koordinasi antarinstansi. Kalau tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa berbalik menjadi beban,” jelasnya.
Dimensi Sosial yang Luas
Lebih jauh, Syariat menjelaskan bahwa MBG memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan sosial masyarakat.
Selain membantu peningkatan gizi anak sekolah, program ini juga dapat menjadi sarana pemberdayaan ekonomi lokal jika dikelola dengan pola kolaboratif.
Misalnya dengan melibatkan petani, koperasi, dan pelaku usaha kecil di sekitar wilayah sekolah untuk menjadi bagian dari rantai suplai bahan pangan.
Menurutnya, pendekatan semacam itu tidak hanya memperkuat program dari sisi keberlanjutan, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi masyarakat yang lebih tangguh.
Ia menilai MBG bisa menjadi role model kebijakan sosial yang menghubungkan sektor pangan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat secara terintegrasi.
“Kalau dikelola dengan melibatkan banyak pihak, MBG bisa menjadi gerakan sosial besar, bukan hanya program teknis dari pemerintah,” katanya.
Peran Media dan Ruang Dialog Publik
Diskusi yang difasilitasi oleh RMOL Jateng ini menjadi ajang pertukaran gagasan dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, praktisi pendidikan, hingga penggiat sosial.
Forum Round Table yang rutin digelar ini bertujuan membuka ruang dialog publik terhadap isu-isu kebijakan strategis yang berdampak langsung pada masyarakat.
Melalui forum tersebut, Syariat juga menekankan pentingnya peran media dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas program MBG.
Menurutnya, media berperan vital sebagai penghubung informasi antara masyarakat dan pembuat kebijakan, agar publik dapat memahami secara utuh manfaat maupun tantangan dari kebijakan besar seperti ini.
“Media punya tanggung jawab besar untuk ikut mengawal. Kritik dan pemberitaan yang konstruktif justru bisa membantu memperbaiki pelaksanaan di lapangan,” ujarnya.
Kesimpulan
Forum Round Table RMOL Jateng ke-13 ini menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis bukan hanya kebijakan teknis, melainkan langkah sosial berskala nasional yang sarat makna dan tantangan.
Seperti yang diungkapkan Syariat, keberhasilan program ini akan menjadi cermin sejauh mana negara mampu menghadirkan keadilan sosial secara nyata bagi masyarakat dimulai dari hal paling mendasar: makan bergizi untuk semua.
Baca Juga : Round Table RMOL Jateng ke-13 Soroti Tantangan dan Harapan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)




