Suaraonline.com – Tahukah amu apa tantangan penulis novel dalam membuat karakter antagonis? Karakter antagonis memegang peran penting dalam sebuah novel karena menjadi sumber konflik utama yang menguji perjalanan tokoh protagonis.
Antagonis yang kuat mampu membuat cerita terasa hidup, menegangkan, dan emosional. Namun, menciptakan tokoh antagonis yang meyakinkan sering kali menjadi tantangan besar bagi penulis novel. Tidak sedikit novel yang gagal menghadirkan konflik yang kuat karena tokoh antagonisnya terasa datar, berlebihan, atau justru tidak konsisten.
Tantangan Penulis Novel Membuat Tokoh Antagonis
Salah satu tantangan utama penulis novel adalah menciptakan tokoh antagonis yang realistis.
Dalam proses penulisan, penulis kerap kebablasan membuat antagonis terlalu jahat atau terlalu kuat, tetapi kemudian melemah secara tiba-tiba tanpa alasan yang logis. Ketidakseimbangan ini membuat konflik terasa dipaksakan dan mengurangi kepercayaan pembaca terhadap cerita.
Tantangan lainnya adalah ketika tokoh antagonis digambarkan seolah tidak memiliki tujuan pribadi.
Antagonis yang hanya berputar di sekitar protagonis dan bertindak semata-mata untuk mengganggu tokoh utama akan terasa dangkal. Padahal, tokoh antagonis yang kuat seharusnya memiliki motivasi, kepentingan, dan konflik internal sendiri, meskipun tujuannya bertentangan dengan protagonis.
Penulis harus mampu memberikan porsi yang seimbang pada karakter antagonis, tidak terlalu dangkal, tetapi juga tidak terlalu diekspos. Jika porsi ini tidak dijaga dengan baik, karakter antagonis justru bisa mengambil sorotan yang seharusnya menjadi milik tokoh utama.
Dampaknya, pengalaman membaca bisa bergeser. Pembaca bukan lagi berempati pada tokoh utama, melainkan justru lebih memihak pada antagonis. Oleh karena itu, keseimbangan dalam penggambaran karakter menjadi kunci agar konflik tetap kuat tanpa mengaburkan peran utama dalam cerita.
Jadi, itulah beberapa tantangan dalam menciptakan tokoh antagonis adalah menjaga keseimbangan antara kekuatan, motivasi, dan konsistensi agar konflik terasa alami dan bermakna bagi pembaca.
Baca Juga: 3 Penyebab Orang Indonesia Tidak Suka Membaca
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




