
SUARAONLINE.COM — Sesuai dengan namanya, pesugihan Gunung Kawi adalah pesugihan yang telah dilakukan di Gunung Kawi yang berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Karena sangat tersohornya praktek pesugihan itu, demikian banyak orang-orang di luar Malang yang hadir buat memohon kekayaan secara cepat.
Pastinya ada harga yang wajib dilunasi untuk semua permohonan itu. Juga, sering ada sejumlah kesepakatan yang mengharap tumbal manusia. Ingin mengetahui selanjutnya tentang pesugihan Gunung Kawi? Langsung saja baca penjelasannya berikut ini!
Menurut orang sekitar, praktek pesugihan Gunung Kawi benar-benar betul ada. Banyak orang-orang yang hadir ke Gunung Kawi dengan kemauan mendapati kekayaan secara instan. Ritus pesugihan yang paling populer di Gunung Kawi yaitu bertapa di bawah pohon dewandaru.
Beberapa orang percaya kalau siapa saja yang mendapat daun atau sisi pohon sakral itu dapat mendapati kekayaan yang banyak tiap tahunnya. Tapi, pastinya hal itu tak gampang. Perlu waktu yang lama sampai beberapa bulan buat dapat mendapati daun atau sisi dari pohon itu.
Berdasar pada info yang tersebar, ritus pesugihan Gunung Kawi tak sesukar ritus-ritual pesugihan yang lain. Aktor pesugihan hanya diminta untuk mengerjakan tapa brata atau bertapa sepanjang tiga hari berturut-turut di bawah pohon sakral, pohon dewandaru.
Pastinya saat sebelum masuk ke pokok ritus, ada sejumlah langkah-langkah yang wajib dijalankan oleh pelaku pesugihan, yaitu mandi suci yang dipandu oleh kuncen atau juru kunci Gunung Kawi. Saat melaksanakan mandi suci itu, pelaku pesugihan pun kerjakan kesepakatan dengan makhluk lembut penunggu Gunung Kawi.
Yup, dapat diterka kesepakatan itu pastinya berwujud tumbal nyawa yang harus diberi pelaku pesugihan setiap tahunnya. Menakutkannya lagi, tumbal yang disuruh harus mempunyai jalinan darah dengan sang pelaku pesugihan kalau kekayaannya ingin tahan lama. Tapi, sebagian orang juga pernah menyampaikan acara penumbalan yang libatkan keluarga itu dapat ditukar dengan menumbalkan diri kita sendiri.
Di wilayah Gunung Kawi, ada satu area yang termasyhur karena dijadikan tempat praktek pesugihan, yaitu Keraton Gunung Kawi atau yang disebut sebagai Petilasan Prabu Sri Kameswara. Menurut tapak peristiwa, Prabu Kameswara adalah pangeran dari Kerajaan Kediri.
Asal mula petilasan itu jadi tempat praktek pesugihan karena petilasan itu adalah tempat bertapa Prabu Kameswara. Diberitakan, sesudah si prabu usai bertapa, beliau sukses mengakhiri persoalan politik di kerajaannya.
Dengan bekal dari narasi itu, beberapa orang percaya jika mereka bertapa dalam tempat itu, karenanya mereka dapat mendapati apa yang dikehendaki seperti Prabu Kameswara dahulu. Tersebut faktanya kenapa sampai saat ini Petilasan Prabu Kameswara selalu jadikan tempat bertapa.
Nah, disamping ritus pesugihan, setiap hari Jumat Legi serta 12 Suro bakal diselenggarakan ritus untuk memperingati hari disemayamkannya Eyang Jugo atau yang dikenali sebagai Kyai Zakaria II serta meninggal dunianya Eyang Sujo atau Raden Mas Iman Sudjono. Biasanya di beberapa hari itu pun diselenggarakan pagelaran wayang kulit.
Menurut kesaksian yang beredar, sewaktu ingin mengikut ritus yang diselenggarakan pada Jumat Legi serta 12 Suro, diminta untuk mandi keramas lebih dulu. Hal itu dijalankan sebagai wujud penyucian atau pembersihan diri.
Bukan hanya pohon dewandaru yang dikenali sebagai pohon sakral dalam praktek pesugihan Gunung Kawi, di wilayah Gunung Kawi pun ada air bertuah atau air keramat. Banyak orang-orang yang percaya kalau air itu bisa mengobati semua tipe penyakit.
Tidak hanya itu, ada cerita yang menyampaikan air sakral itu masihlah ada hubungannya dengan air zamzam. Kabarnya, air sakral yang terkumpul dalam kendi itu adalah tetes dari mata air zamzam yang berada di Makkah.
Nah, itulah keterangan pesugihan yang termasyhur di kelompok masyarakat. Lepas dari bermacam keyakinan, lebih bagus kita cari rejeki sesuai sama tuntunan agama yang bagus. Tenang saja, rejeki udah ada yang mengatur kok, gaes!