SUARAONLINE.COM – Inflasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965 merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah ekonomi negara ini. Dengan tingkat inflasi yang mencapai 600%, harga-harga melambung tinggi dan daya beli masyarakat turun drastis. Kondisi ini menyebabkan krisis ekonomi yang berdampak luas terhadap kehidupan rakyat. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan inflasi sebesar ini? Mari kita telusuri faktor-faktor penyebabnya.
Faktor Penyebab Inflasi Indonesia Mencapai 600% pada Tahun 1965
Terdapat beberapa penyebab Indonesia mengalami inflasi mencapai 600% pada tahun 1965, diantaranya :
- Kebijakan Ekonomi yang Tidak Stabil
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, kebijakan ekonomi berorientasi pada konsep Ekonomi Terpimpin. Sayangnya, kebijakan ini tidak berjalan efektif karena terlalu banyak intervensi pemerintah dalam berbagai sektor. Pengeluaran negara yang besar tanpa diimbangi dengan pendapatan yang cukup menyebabkan defisit anggaran yang parah. Untuk menutup defisit ini, pemerintah mencetak uang dalam jumlah besar, yang akhirnya memicu inflasi yang tidak terkendali.
- Biaya Besar untuk Proyek-Proyek Ambisius
Pada era 1960-an, pemerintah berfokus pada pembangunan proyek-proyek besar seperti pembangunan Monumen Nasional (Monas), Gelora Bung Karno, dan proyek mercusuar lainnya. Meskipun proyek-proyek ini bertujuan untuk meningkatkan citra Indonesia di mata dunia, namun pembiayaannya berasal dari pencetakan uang baru. Akibatnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat drastis, sementara produksi barang dan jasa tidak mengalami pertumbuhan yang sebanding, sehingga harga-harga naik tajam.
- Ketidakstabilan Politik dan Gejolak Sosial
Periode awal 1960-an juga diwarnai dengan ketidakstabilan politik yang tinggi. Konflik antara berbagai kelompok politik, termasuk Partai Komunis Indonesia (PKI) dan militer, menyebabkan ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi. Selain itu, ketegangan dengan negara-negara Barat akibat kebijakan politik luar negeri Indonesia yang konfrontatif juga memperburuk situasi ekonomi. Blokade perdagangan dari negara-negara Barat membuat pasokan barang impor berkurang, sementara kebutuhan masyarakat terus meningkat, yang akhirnya memperparah inflasi.
- Pengeluaran Militer yang Berlebihan
Di tengah ketegangan politik dan hubungan internasional yang memburuk, pemerintah juga mengalokasikan anggaran yang besar untuk keperluan militer. Konflik dengan Malaysia dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia serta persiapan menghadapi ancaman dari negara-negara Barat mengakibatkan belanja militer membengkak. Untuk membiayai pengeluaran ini, pemerintah kembali mencetak uang dalam jumlah besar, yang semakin mempercepat laju inflasi.
- Anjloknya Kepercayaan Masyarakat terhadap Mata Uang Rupiah
Karena nilai uang terus menurun akibat inflasi yang tinggi, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap rupiah. Banyak orang lebih memilih untuk menyimpan aset dalam bentuk barang berharga seperti emas atau melakukan transaksi dalam bentuk barang (barter), ketimbang menggunakan uang kertas yang nilainya terus merosot. Kondisi ini semakin memperparah perekonomian karena peredaran uang menjadi tidak efektif.
Upaya Pemerintah Mengatasi Inflasi
Setelah inflasi mencapai puncaknya pada tahun 1965, pemerintah akhirnya mengambil langkah-langkah drastis untuk menstabilkan ekonomi. Salah satu kebijakan utama adalah sanering (pemotongan nilai uang) pada tahun 1965, di mana uang pecahan Rp1.000 dipotong menjadi Rp1. Namun, kebijakan ini tidak terlalu efektif karena kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sudah sangat rendah. Baru pada tahun 1966, setelah pemerintahan Orde Baru mulai berkuasa, kebijakan ekonomi mulai diarahkan pada stabilisasi dengan bantuan dari lembaga keuangan internasional.
Itu dia beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami inflasi hingga 600% pada tahun 1965. Hal tersebut adalah akibat dari kombinasi kebijakan ekonomi yang tidak efektif, pengeluaran negara yang berlebihan, ketidakstabilan politik, serta rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah.
Baca Juga : Tugu Golong Gilig: Jejak Sejarah Sebelum Berdirinya Tugu Jogja