Suaraonline.com – Konsep mencintai diri sendiri kerap disalahpahami sebagai kebebasan mutlak untuk menolak apapun yang membuat tidak nyaman, termasuk kritik.
Padahal, mencintai diri sendiri tidak berarti menutup telinga dari masukan yang justru bertujuan untuk kebaikan diri. Di sinilah pentingnya memahami batas agar mencintai diri sendiri tetap sehat dan tidak melenceng dari makna aslinya.
Langkah Salah Mencintai Diri Sendiri
Pertama, bersikap anti terhadap semua kritik, termasuk kritik yang bersifat membangun. Misalnya, ketika seseorang mengingatkan untuk hidup lebih sehat, mengurangi konsumsi junk food, atau menjaga pola tidur, tetapi justru ditanggapi dengan kemarahan.
Pada titik ini, self-love disalahartikan sebagai pembelaan diri tanpa evaluasi. Padahal, kritik yang membangun justru bisa menjadi bentuk kepedulian terhadap diri kita.
Kedua, terlalu mementingkan diri sendiri di atas kepentingan bersama. Kamu ingin selalu diutamakan, tidak mau mengalah, dan merasa kebutuhanmu harus selalu didahulukan.
Sikap seperti ini membuat self-love bergeser menjadi egoisme, karena mengabaikan nilai empati dan tanggung jawab sosial.
Ketiga, menolak introspeksi dan merasa diri selalu benar. Setiap masukan dianggap sebagai serangan, bukan bahan refleksi.
Kamu berhenti belajar dari kesalahan dan enggan berkembang karena merasa sudah menerima diri apa adanya. Padahal, mencintai diri sendiri yang sehat justru mendorong seseorang untuk bertumbuh, bukan berhenti di tempat.
Mencintai diri sendiri bukan tentang kebal kritik, melainkan tentang mampu memilah mana kritik yang perlu didengar dan mana yang memang perlu diabaikan.
Jadi, itulah langkah salah dalam mencintai dan menghargai diri sendiri yang harus kamu hindari, karena yang matang selalu berjalan beriringan dengan kesadaran diri, kerendahan hati, dan keinginan untuk menjadi versi diri yang lebih baik.
Baca Juga: Perbedaan Self Care dan Self Love, Mana yang Lebih Penting?
Editor: Annisa Adelina Sumadillah




