Suara Online
  • Beranda
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Teknologi
Subscribe
Suara OnlineSuara Online
Aa
Search
  • Pages
    • Home
    • Blog Index
    • Contact Us
    • Search Page
    • 404 Page
  • Categories
  • Personalized
    • My Saves
    • My Feed
    • My Interests
    • History
Follow US
sertifikat tka dari mentri baru

Beranda – 2025 – SERTIFIKAT TKA RESMI JADI PENENTU MASA DEPAN KELAS AKHIR 2025! INI FAKTA MENGEJUTKANNYA!

Pendidikan

SERTIFIKAT TKA RESMI JADI PENENTU MASA DEPAN KELAS AKHIR 2025! INI FAKTA MENGEJUTKANNYA!

Hisyam Umar
Hisyam Umar
Share
SHARE

Semarang, Indonesia – Sebuah kabar menghebohkan mengguncang jagat pendidikan Indonesia! Mulai tahun 2025, masa depan jutaan siswa kelas akhir di berbagai jenjang pendidikan akan semakin ditentukan oleh selembar kertas baru:

Sertifikat Hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA). Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik telah resmi diundangkan pada 3 Juni 2025. Ini bukan sekadar ujian biasa; TKA bukan hanya alat ukur, melainkan instrumen revolusioner yang disinyalir akan mengubah total sistem evaluasi dan seleksi di Indonesia! Lantas, benarkah Sertifikat TKA akan menggantikan peran ijazah sepenuhnya? Apa saja pro dan kontranya, dan jangan-jangan, ini hanya strategi “menteri baru” agar terlihat bekerja? Mari kita kupas tuntas!

Sertifikat TKA: Kunci Baru Masa Depan Kelas Akhir?

Menurut Pasal 11 Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025, setiap peserta dari jalur Pendidikan Formal dan Pendidikan Nonformal yang telah mengikuti TKA

berhak memperoleh sertifikat hasil TKA. Bahkan, bagi peserta dari jalur Pendidikan Informal (seperti homeschooling), sertifikat TKA bisa menjadi bukti kelulusan formal mereka dari Satuan Pendidikan. Artinya, Sertifikat TKA ini bukan main-main, ia memiliki kekuatan legal dan pengakuan yang setara.

Lalu, apa dampaknya bagi siswa kelas akhir?

  • Untuk Lulusan SD/MI/Sederajat: Hasil TKA mereka dapat menjadi salah satu syarat dalam seleksi penerimaan Murid baru SMP/MTs/sederajat jalur prestasi. Ini berarti, nilai TKA akan sangat berpengaruh bagi siswa yang ingin masuk sekolah favorit melalui jalur prestasi.
  • Untuk Lulusan SMP/MTs/Sederajat: Hasil TKA mereka dapat menjadi salah satu syarat dalam seleksi penerimaan Murid baru SMA/MA/sederajat dan SMK/MAK jalur prestasi. Lagi-lagi, jalur prestasi semakin ketat dan TKA akan menjadi penentu.
  • Untuk Lulusan SMA/MA/Sederajat dan SMK/MAK: Hasil TKA mereka dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru pada jenjang pendidikan tinggi. Ini adalah gebrakan besar, karena nilai TKA berpotensi menjadi “golden ticket” untuk masuk ke universitas impian!

Sertifikat ini akan memuat informasi penting seperti nama, NISN, nama Satuan Pendidikan asal dan pelaksana, serta yang paling krusial: nilai dan kategori capaian TKA. Dengan demikian, sertifikat ini menjadi rekam jejak akademik yang terstandar dan diakui secara nasional.

Antara Harapan dan Ketakutan

Setiap kebijakan besar selalu memicu pro dan kontra, dan TKA tidak terkecuali. Wacana TKA ini telah menimbulkan gelombang diskusi panas di kalangan masyarakat pendidikan.

Harapan akan Pendidikan Berkualitas dan Berkeadilan

  1. Pengukuran yang Lebih Objektif dan Terstandar: Pendukung TKA meyakini bahwa sistem ini akan menyediakan penilaian yang lebih objektif dan terstandar secara nasional. Ini penting untuk memitigasi disparitas kualitas pendidikan antar daerah dan sekolah.
  2. Penyetaraan dan Inklusivitas Pendidikan: TKA adalah jembatan emas bagi siswa dari jalur Pendidikan Nonformal dan Informal (seperti homeschooling) untuk mendapatkan pengakuan yang setara dengan pendidikan formal. Ini adalah langkah maju menuju pendidikan yang lebih inklusif.
  3. Evaluasi Mutu Pendidikan yang Akuntabel: Hasil TKA dapat menjadi cermin bagi pemerintah dan satuan pendidikan untuk mengevaluasi, mengidentifikasi kelemahan, dan merancang perbaikan mutu pendidikan. Ini mendorong akuntabilitas dari semua pihak.
  4. Peningkatan Motivasi Belajar dan Mengajar: Adanya TKA dengan standar yang jelas diharapkan mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan pendidik untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran serta pengembangan penilaian yang berkualitas.
  5. Meminimalisir Praktik Ijazah Palsu/Mudah Didapat: Dengan adanya TKA sebagai alat ukur capaian akademik yang terstandardisasi, integritas penilaian akan lebih terjaga, sehingga mempersulit praktik “ijazah mudah didapat” tanpa kompetensi yang sebenarnya.

Ancaman Tekanan dan Potensi Diskriminasi

  1. Tekanan Psikologis Berlebihan pada Siswa: Kembali ke era “ujian penentu”, TKA dikhawatirkan akan menimbulkan tekanan psikologis yang sangat tinggi pada siswa, yang berpotensi memicu stres, kecemasan, bahkan gangguan mental. Fokus hanya pada hasil ujian dapat mengabaikan aspek perkembangan holistik siswa.
  2. Potensi Kesenjangan Fasilitas dan Akses: Meskipun ada ketentuan menginduk bagi sekolah yang tidak memadai , kekhawatiran muncul mengenai kesenjangan sarana dan prasarana (komputer, listrik, internet) antar daerah. Siswa di daerah terpencil atau minim fasilitas bisa dirugikan.
  3. Fokus Pendidikan Bergeser ke Ujian Semata: Kritikus khawatir bahwa sekolah dan guru akan kembali terfokus pada “mengajar untuk ujian” (teaching to the test) daripada mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, dan keterampilan non-akademik lainnya.
  4. Beban Administrasi dan Biaya Tambahan: Meskipun pendanaan TKA dibebankan pada APBN dan APBD, detail implementasinya bisa menimbulkan beban administrasi dan biaya tambahan tidak terduga bagi satuan pendidikan, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur dan pengawasan.
  5. “Mata Pelajaran Pilihan” yang Belum Jelas: Untuk jenjang SMA/MA/SMK/MAK, ada mata pelajaran pilihan yang belum dirinci ketentuannya. Ketidakjelasan ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian bagi siswa dan sekolah.

Lompatan Kualitas Pendidikan?

Pengadaan TKA membawa sejumlah kelebihan fundamental yang bisa menjadi game-changer bagi pendidikan Indonesia:

  • Data Akurat untuk Intervensi Kebijakan: Dengan data capaian akademik yang terstandar, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah-daerah yang membutuhkan.
  • Peningkatan Mutu Pendidik: Adanya TKA secara tidak langsung “memaksa” pendidik untuk selalu berinovasi dalam metode pengajaran dan penilaian mereka, demi mencapai hasil TKA yang optimal bagi siswanya.
  • Transparansi dalam Seleksi: Hasil TKA yang terstandar akan meningkatkan transparansi dan objektivitas dalam proses seleksi di berbagai jenjang, mengurangi praktik “titipan” atau kecurangan.
  • Pengakuan yang Lebih Adil bagi Berbagai Jalur Pendidikan: TKA memberikan kesempatan yang sama bagi siswa dari pendidikan formal, nonformal, dan informal untuk diakui capaian akademiknya secara nasional.
  • Dasar Kuat untuk Kurikulum dan Standar Nasional: TKA, dengan kerangka asesmennya, akan menjadi instrumen penting dalam memantau efektivitas kurikulum dan standar nasional pendidikan.

Sebuah Tantangan Berat!

Namun, ada juga kekurangan signifikan yang menjadi tantangan besar dalam implementasi TKA:

  • Potensi “Gap” Digital dan Infrastruktur: Pelaksanaan TKA yang memerlukan komputer dan jaringan internet akan menjadi kendala serius di daerah-daerah minim infrastruktur, meskipun ada mekanisme menginduk.
  • Standarisasi Versus Keunikan Daerah: Bagaimana TKA akan menyeimbangkan standarisasi nasional dengan keunikan kurikulum lokal atau kebutuhan spesifik daerah, terutama untuk mata pelajaran pilihan? Ini perlu penjelasan lebih lanjut.
  • Risiko Pembelajaran Berorientasi Ujian: Adanya ujian berskala nasional seringkali menggeser fokus pembelajaran dari pengembangan karakter dan keterampilan hidup menjadi sekadar pencapaian nilai.
  • Beban Kerja Tambahan bagi Guru dan Sekolah: Persiapan dan pelaksanaan TKA akan menambah beban kerja administrasi dan teknis bagi guru dan staf sekolah, yang mungkin belum sepenuhnya siap.
  • Evaluasi Hanya pada Aspek Akademik: Meskipun bernama “Tes Kemampuan Akademik”, kritik muncul bahwa TKA mungkin mengabaikan aspek non-akademik seperti soft skills, kreativitas, atau kecerdasan emosional yang juga penting untuk masa depan siswa.

Menteri Baru, Program Baru: Sekadar Pencitraan atau Visi Jangka Panjang?

Pertanyaan ini seringkali muncul setiap kali ada pergantian pimpinan di pemerintahan, termasuk di Kementerian Pendidikan. “Apakah TKA ini hanya program baru dari menteri baru agar terlihat bekerja dan memiliki legacy?” Sebuah pertanyaan sinis namun relevan.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, yang menetapkan Permen ini, tentu akan menghadapi sorotan tajam. Dari kacamata skeptis, program baru seringkali diartikan sebagai upaya untuk meninggalkan jejak personal atau membangun citra. Namun, jika dilihat dari esensi Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 ini, motivasinya lebih dari sekadar pencitraan.

Konsiderans “menimbang” dalam peraturan ini menyebutkan bahwa TKA adalah bagian dari

kewajiban menyediakan pendidikan yang bermutu untuk semua warga negara dan merupakan penilaian terstandar untuk mengetahui capaian akademik murid mengacu pada standar nasional pendidikan. Lebih lanjut, disebutkan bahwa peraturan sebelumnya (Uji Kesetaraan)

sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti.

Ini mengindikasikan bahwa TKA adalah hasil dari evaluasi mendalam terhadap sistem sebelumnya dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan dinamika pendidikan. Terlepas dari siapa menterinya, kebutuhan akan evaluasi yang lebih komprehensif dan akuntabel memang telah menjadi diskusi panjang di kalangan pemerhati pendidikan. TKA adalah respons terhadap kebutuhan tersebut, yang kebetulan diresmikan di bawah kepemimpinan menteri yang baru.

TKA, Era Baru yang Penuh Tantangan dan Harapan!

Tidak bisa dipungkiri, TKA adalah kebijakan yang akan membawa dampak masif bagi sistem pendidikan Indonesia. Bagi jutaan siswa kelas akhir, Sertifikat TKA bisa menjadi kunci penting untuk gerbang pendidikan selanjutnya. Namun, implementasinya akan menjadi ujian sesungguhnya bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.

Pro dan kontra akan terus bergulir, menunjukkan dinamika dalam masyarakat. Penting bagi Kementerian dan pemerintah daerah untuk terus membuka ruang dialog, mendengarkan masukan, dan beradaptasi agar TKA benar-benar menjadi instrumen yang mendorong keadilan, mutu, dan relevansi pendidikan, bukan hanya sekadar menambah beban dan tekanan. Ini bukan hanya tentang ujian, ini tentang masa depan generasi!

buat yang mau tau lebih tentang TKA, Webinar Kebijakan Tes Kemampuan Akademik (TKA)

cek dulu nih kalo mau liat fungsi ijazah, IJAZAH SUDAH TIDAK BERLAKU? TKA RESMI DIUMUMKAN 2025!

TAGGED: 2025, sertifikat, tka, un
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified Blog

Seedbacklink

Rumah Anak Surga

Hotel Karantina Qur’an

Rental Motor Semarang

You Might Also Like

5 Macam Sikap Disiplin: Dasar Kehidupan yang Tidak Boleh Disepelekan
Gaya HidupPendidikan

5 Macam Sikap Disiplin: Dasar Kehidupan yang Tidak Boleh Disepelekan

3 Min Read
TKA pengganti Ijazah atau UN?
Pendidikan

IJAZAH SUDAH TIDAK BERLAKU? TKA RESMI DIUMUMKAN 2025!

6 Min Read
dapodik 2026
Pendidikan

Dapodik 2026! Fitur baru Beban/Ringan?

7 Min Read
deep learning
Pendidikan

Deep Learning!, Kurikulum Baru 2025/2026?

9 Min Read
Suara Online

Suaraonline.com : The voice of netizen

  • Tentang Kami
  • Sitemap
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Privacy Police
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?