SUARAONLINE.COM – Konsep open minded di era digitalisasi adalah pikiran yang terbuka. Yaitu keadaan ketika pikiran kita mampu menerima berbagai informasi, pendapat, atau saran dengan pertimbangan memperbaiki kualitas diri.
Seseorang dengan pemikiran terbuka dianggap memiliki kualitas yang positif. Kemampuan ini diperlukan untuk berpikir kritis dan rasional dalam memandang suatu persoalan.
Ketika seseorang memutuskan untuk melangkah keluar zona nyaman, di saat itu kita dituntut untuk bersikap terbuka atas pemikiran dan pengalaman yang baru kita temui.
Berpikir terbuka bukan berarti mudah. Kita harus menerima hal baru yang mungkin berbeda dari apa yang sebelumnya kita pelajari. Terkadang membuat kita kebingungan memahami latar belakang sebab akibatnya.
Namun jika berpikir terbuka saja sulit, kita akan lebih kesulitan menemukan solusi yang efektif dalam menyelesaikan suatu persoalan. Berpikir terbuka menjadi peran penting dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan.
Open Minded Di Era Digitalisasi
Berpikir terbuka berarti memiliki kemampuan untuk berempati pada pendapat yang lain. Setiap orang bebas mengekspresikan keyakinan dan argumen mereka, meski keyakinan kita menolak akan hal itu.
Melatih untuk berpikir terbuka dapat memperluas wawasan kita, mengetahui keberagaman yang ada. Sehingga dengan hal ini terjalinnya hubungan sosial yang harmonis.
Berpikir terbuka juga melatih mental untuk lebih kuat terhadap kritikan dan pendapat orang lain atas diri sendiri. Sehingga kelak ia tidak takut juga ketika akan mengutarakan pendapat pribadinya.
Open minded di era digitalisasi menduduki peran yang amat penting. Dengan melatih berpikir terbuka, daya olah pikir kita akan mudah menerima bahwa setiap orang punya hak atas setiap pilihannya..
Seseorang yang berpikiran terbuka meminimalisir terjadinya konflik. Biasanya konflik terjadi karena tidak bisa menerima perbedaan. Mereka cenderung memperpanjang perkara, bukan malah sibuk mencari solusi.
Selain daripada itu, berpikiran terbuka menambah banyak pengalaman baru, mengetahui kebudayaan dari sudut pandang berbeda. Yang dengan ini memacu semangat dalam belajar.
Dengan semangat belajar itu, seseorang dapat melihat masa depannya dengan jelas. Ia akan jadi sosok yang berwawasan luas, menggali informasi lebih detail, hingga terpacu melakukan banyak hal baru kedepannya.
Konsep Open Minded Dalam Pandangan Islam
Open minded merupakan bagian dari toleransi. Menghargai pemikiran orang lain tanpa menjatuhkan dengan memberi ruang dialog pada setiap pendapat. Meski pada akhirnya berdiri pada keyakinan dan pilihan masing-masing.
Dalam islam berpikir terbuka bukan berarti menerima segala bentuk perubahan. Melainkan menerima pemahaman atas argumen orang lain dengan tetap membatasi diri pada prinsip dan norma yang dipegang.
Konsep open minded telah tertuang dalam kisah Nabi Ibrahim surat As-Saffat ayat 102,
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan dapatiku termasuk orang yang sabar.”
Dari ayat ini, kita melihat bahwa Nabi Ibrahim menjadikan komunikasi dan diskusi sebagai komunikasi utama dalam suatu permasalahan. Beliau tidak langsung mengambil tindakan kecuali atas persetujuan anaknya.
Tindakan Nabi Ibrahim ini menggambarkan sikap keterbukaan antara dua belah pihak. Sehingga permasalahan dapat terpecahkan dan mencapai kemaslahatan.
Karakteristik Orang Yang Open Minded Di Era Digitalisasi
Seseorang dengan pikiran terbuka memiliki sikap yang rendah hati. Ia memiliki empati untuk mendengarkan pendapat orang lain.
Seseorang dengan pemikiran terbuka cenderung tidak marah ketika menerima pendapat yang salah. Ia memiliki cara yang lebih baik dalam menjelaskan serta meluruskan suatu pendapat.
Karakteristik ini dapat diubah seiring berjalannya waktu. Kita harus membiasakan diri untuk introspeksi, tidak langsung menyalahkan atau menghakimi orang lain dengan minimnya pengetahuan.
Cara membiasakan pemikiran terbuka adalah dengan menempatkan diri kita pada situasi yang di dalamnya terdapat banyak keberagaman. Merantau merupakan langkah awal memahami keberagaman sekitar.
Lingkungan pondok pesantren, kerja, bahkan kuliah terdapat banyak keberagaman. Dari sana kita belajar memahami ragam kebudayaan dengan watak dan karakteristik yang berbeda.
Itulah sekilas konsep open minded di era digitalisasi. Dengan demikian, kemajuan teknologi mengharuskan kita beradaptasi ulang demi mencapai standarisasi zaman.