SUARAONLINE – Konsumsi makanan olahan atau Ultra Processed Food bagi sebagian besar masyarakat sudah dianggap wajar, bahkan di antara mereka menilai bahwa makanan tersebut lebih sehat daripada makanan cepat saji (junk food). Padahal keduanya memiliki efek yang kurang baik bagi tubuh jika terlalu banyak mengkonsumsinya.
Lalu bagaimana dengan bekal makanan yang biasa dibawa oleh anak-anak ketika ke sekolah? Apakah makanan tersebut juga tidak bagus bagi kesehatan? Atau hal tersebut dianggap normal karena yang menjadi poin pentingnya anak-anak mau makan dan tidak mengkonsumsi makanan cepat saji maupun makanan ringan yang mengandung MSG.
Apa Itu Ultra Processed Food?
Ultra Processed Food atau yang lebih kita kenal adalah makanan olahan seperti, sosis, ham, ice cream dan masih banyak lagi. Ultra Processed Food adalah proses pengolahan makanan yang melewati beberapa tahap pemrosesan. Pemrosesan makanan yang sebenarnya bisa juga sulit diterima oleh tubuh ketika mengkonsumsinya.
Makanan olahan pada umumnya mengandung lemak jenuh, garam juga kadar gula yang tinggi. Tak jarang pula makanan olahan mengandung bahan pengawet, pemanis buatan, penyedap, juga bahan tambahan lainnya.
Bahan yang ditambahkan pada makanan dapat memberikan efek pada tubuh, juga pemrosesan makanan bisa membuat perbedaan cara tubuh meresponnya. Penelitian menemukan bahwa kacang-kacangan yang dikonsumsi secara utuh, kandungan lemak yang dicerna oleh tubuh lebih sedikit daripada kacang-kacangan yang telah digiling dan dilepaskan minyaknya.
Mengapa Makanan Olahan Kurang Baik untuk Kesehatan?
Makanan ultra-proses memang cenderung tidak sehat jika dibandingkan mengonsumsi makanan segar. Berbagai studi telah membuktikan hal ini, salah satunya adalah studi yang dilakukan oleh National Institute of Health di Amerika Serikat.
Pada studi tersebut, subjeknya diberikan waktu dua minggu untuk mengonsumsi makanan segar, dan dua minggu lainnya untuk mengonsumsi makanan ultra-proses. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian mendapatkan 508 kalori lebih tinggi saat dirinya mengonsumsi makanan ultra-proses.
Selain itu, setelah dua minggu konsumsi makanan ultra-proses, subjek penelitian mengalami peningkatan berat badan rata-rata 0,9 kilogram.
Hal tersebut terjadi karena makanan ultra-proses cenderung mengandung karbohidrat, lemak lebih tinggi, dan protein yang lebih rendah. Lebih lanjut, kandungan serat dalam makanan ultra-proses pun terbilang rendah.
Baca Juga: 5 Manfaat Konsumsi Air Putih, Jangan Dianggap Remeh!