SUARAONLINE – Kegiatan di sektor rumah tangga menjadi salah satu penyebab jejak karbon tinggi. Meliputi konsumsi makanan, penggunaan kendaraan, serta pemakaian energi listrik. Tapi ternyata, sampah makanan menjadi penyumbang emisi karbon yang sangat tinggi. Bagaimana cara sampah makanan menjadi penyumbang emisi karbon? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini !
Mengenal Jejak Karbon
Jejak karbon atau carbon footprint adalah perhitungan jumlah gas-gas emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Semakin banyak aktivitas yang kita lakukan, maka akan semakin tinggi jejak karbon yang kita hasilkan, juga semakin meningkat suhu bumi di atmosfer.
Jejak karbon berasal dari berbagai sektor-sektor kehidupan dimana setiap sektor menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda. Salah satu faktor penyebab jejak karbon tinggi adalah kegiatan sektor rumah tangga, dimana konsumsi makanan, penggunaan kendaraan, pemakaian listrik, serta sampah makanan menjadi penyumbang emisi karbon tertinggi.
Bagaimana Bisa Sampah Makanan Menjadi Penyumbang Emisi Karbon?
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari tidak datang begitu saja, tetapi telah melalui proses produksi yang panjang. Jejak karbon yang dihasilkan selama proses produksi, seperti penghasilan bahan baku, pengolahan, pembuangannya juga saat sisa makanan menumpuk dan membusuk di tempat pembuangan akhir.
Data dari Badan Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa setiap tahunnya sampah makanan menghasilkan sekitar 3,3 miliar ton gas rumah kaca yang kemudian terlepas ke atmosfer. Gas metana yang dihasilkan dari sampah makanan menjadi penyumbang emisi karbon yang sangat tinggi.
Mengonsumsi makanan dengan proses produksi yang panjang seperti produk susu dan daging ternyata menyumbang emisi yang sangat tinggi. Kontribusi emisi dari kegiatan produksi pangan tersebut bahkan mencapai 83%. Itu jauh lebih rendah dibanding dengan kegiatan transportasi pangan yang menyumbang sekitar 11% emisi (Greg McDermid, 2020).
Dampak dari Emisi karbon
Saat ini perubahan iklim menjadi masalah yang sangat serius, meskipun dampaknya semakin nyata dan mengerikan suhu bumi terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan semakin diperparah dengan kerusakan hutan yang juga mengalami percepatan. Jika kondisi demikian terus terjadi, maka cuaca ekstrem, bencana, muncul wabah-wabah baru, kelaparan, penurunan sumber daya alam, dan puncaknya adalah kepunahan massal benar-benar akan terjadi.
Bahkan, berdasarkan analisis FAO dalam Karahayon., et all. (32:2022) bahwa 34 dari 51 negara yang mengalami krisis pangan akibat perubahan iklim ekstrem. Adapun, pengaruh yang dimaksud berupa kekeringan, banjir, siklon, jeda hujan, curah hujan tidak menentu, dan awal musim hujan terlambat.
Lalu, Apa Saja Upaya Mengurangi Dampak Jejak Karbon?
Tentu kita tidak bisa menghentikan secara total produksi makanan, penggunaan kendaraan, serta konsumsi makanan. Tapi setidaknya kita dapat mengurangi dampak dari aktivitas tersebut dengan menjadi konsumen yang bijak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
- Utamakan menggunakan transportasi umum daripada transportasi pribadi
- Jika jarak tempuh tempat yang dituju kurang dari 2 Km, usahakan jalan kaki saja atau bersepeda
- Menggunakan energi listrik dengan bijak, matikan saat tidak digunakan
- Usahakan tidak menyisakan makanan
- Mengolah sampah organik menjadi kompos.
Baca Juga: 5 Manfaat Clean Eating bagi Kesehatan